Wednesday, June 27, 2007

MEWASPADAI KECULASAN AS

MEWASPADAI KECULASAN AS


Serangan yang menimpa Pentagon dan menghancurkan menara kembar WTC, 11 September tahun lalu, telah mengubah secara drastis konstelasi politik dunia. Meski sampai sekarang bukti-bukti yang dituduhkan kepada Tandhim al-Qaeda sebagai pelaku belum bisa diungkapkan secara gamblang, sikap permusuhan negara kafir AS terhadap kaum Muslim sangatlah nyata. Korban dari pihak kaum Muslim pun telah berjatuhan. Sikap permusuhan AS terhadap kaum Muslim yang ingin berjuang menegakkan hukum-hukum Allah Swt. di muka bumi—yang mereka sebut dengan teroris—tampak nyata dalam pidato Presiden AS, George W Bush, beberapa hari setelah runtuhnya menara kembar WTC, yang ditujukan kepada seluruh kepala pemerintahan di dunia, terutama para penguasa Muslim. Dengan arogan dan nada mengancam ia mengatakan, “Either you are with us or you are with the terrorist’s”. Bagi AS dunia dibelah menjadi dua: pendukung AS atau pendukung teroris. Bush juga pernah menyebut peperangannya melawan ‘teroris’ sebagai crusade (perang suci), yang mengingatkan setiap orang pada sejarah dendam-kesumat Kristen Eropa terhadap kaum Muslim dan memicu Perang Salib di masa lampau. Hal ini sudah cukup sebagai bukti bahwa kampanye peperangan AS melawan ‘teroris’ sejatinya adalah kampanye peperangan AS melawan Islam dan kaum Muslim.

Ibarat sudah jatuh lalu tertimpa tangga, demikianlah gambaran Afganistan pasca penghancuran AS atas negeri ini. AS memperoleh keuntungan sangat besar di kawasan Asia Tengah dengan dukungan dari negeri-negeri seperti Pakistan, Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan. Pakistan dan Uzbekistan malah memberikan support (dukungan) dengan membolehkan pangkalan-pangkalan udaranya berfungsi sebagai batu loncatan penyerangan ke Afganistan. Lebih dari itu, AS berhasil menempatkan bonekanya, Hamid Karzai, sebagai penguasa baru di Afganistan.

Usai serangannya ke Afganistan, AS dengan culasnya memanfaatkan euphoria ‘nasionalisme bangsa AS’ yang tengah bangkit pasca peristiwa 11 September. As juga menggunakan momentum kampanye peperangan melawan terorisnya dengan menggalang aliansi internasional untuk menyelidiki dan menghancurkan secara dini apa yang mereka sebut dengan ‘jaringan teroris internasional’, yang notabene adalah gerakan-gerakan Islam yang menginginkan kembali tegaknya syariat Islam di negeri-negeri kaum Muslim sendiri. Setelah AS berhasil memaksa PBB mengeluarkan resolusi nomor 1373 yang memungkinkan AS untuk mengetahui jalur keuangan, rantai informasi, struktur, pola aktivitas, dan jalur ‘terorisme internasional’ melalui intervensinya ke negeri-negeri yang dianggapnya sebagai sarang ‘teroris’, AS memasuki tahap kedua dari kampanye peperangannya melawan ‘teroris’.

Tahap kedua dari kampanye perang melawan ‘teroris’ ini tampak dalam pidato Bush yang terkenal pada tanggal 11/02/2002 di depan anggota kongres dan senat AS, “Sekarang ini (kekuasaan) Taliban telah berakhir dan Organisasi al-Qaeda sebagai dalang teroris mengalami kerugian. Karena itu, kami memasuki tahap kedua dari peperangan melawan terorisme, yaitu melakukan serangan untuk mencegah para teroris melakukan aksinya dimana saja. Para teroris mampu melemahkan posisi-posisi kita dimana pun di dunia.”

Kemudian, ia mengumumkan kesiapan AS untuk membantu negara mana saja yang berupaya memerangi apa yang mereka sebut dengan terorisme, dengan berkata, “Saya telah meletakkan dengan amat jelas politik tahap kedua dari peperangan melawan terorisme. AS akan terus memberikan semangat dan kami akan memberikan bantuan terhadap pemerintahan-pemerintahan lain dimana saja untuk membasmi embrio terorisme yang dapat melemahkan negeri-negeri mereka dan dalam rangka menciptakan perdamaian dunia. Apabila pemerintahan-pemerintahan itu membutuhkan pelatihan ataupun peralatan—dan berada di bawah payung perjanjian—maka AS siap untuk membantu mereka.”

Dalam pidatonya, tampak pula bahwa telah ditentukan cara-cara yang akan dijalankan pada tahap tersebut dengan berkata, “Kami akan mengirimkan kekuatan AS ke setiap medan pertempuran. Akan tetapi, AS juga akan melakukan upaya sungguh-sungguh mempersiapkan generasi-generasi lain untuk pertempuran yang akan datang.”

Bukankah sangat jelas bagaimana sikap AS—sebagai negara kafir—yang mengklaim bahwa perang melawan ‘terorisme’ akan memakan waktu lama dan membutuhkan beberapa generasi dari bangsa AS untuk melawannya? Tidakkah hal itu menyiratkan permusuhan dan kebencian yang mendalam serta peperangan AS terhadap Islam dan kaum Muslim, sekaligus wujud adanya benturan peradaban, yaitu antara peradaban Barat yang kafir dengan peradaban Islam? Mahabenar Allah dalam firmanNya:

قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ

Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. (QS Ali Imran [3]: 118).

Telah jelas pula cara-cara yang akan digunakan AS dalam aksi kampanye dan penggalangannya itu, yakni dengan akan membantu pemerintahan manapun di dunia yang mendukung kampanye AS, berupa kehadiran dan pelatihan militer, seperti yang telah dipraktikkannya di Filipina. Sesungguhnya keuntungan yang diperoleh AS jauh lebih besar lagi—yaitu kemampuannya untuk mengetahui dan mengintervensi akses-akses intelijen, informasi, kekuatan militer, keuangan, dan ekonomi suatu negara—melalui kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya dengan berbagai negara di dunia, dengan dalih memerangi ‘terorisme’; termasuk komitmennya untuk membantu negeri ini sebesar USD 50 juta yang mencakup pendidikan dan pelatihan militer untuk menangkal serangan ‘terorisme’. Tentu saja, sebagaimana biasanya, AS mensyaratkan bersihnya TNI dari pelanggaran HAM. Cara-cara yang ditempuh AS inilah yang disebut dengan politik ‘stick and carrot’.

Selama kurun waktu satu tahun sejak runtuhnya WTC, AS sangat diuntungkan dan memperoleh dukungan politik dan militer dari hampir seluruh negara di dunia untuk melakukan intervensi kapan pun yang ia inginkan hanya dengan dalih ‘dalam rangka memerangi teroris’.

Karena itu, sebagai umat Islam, kita harus selalu waspada terhadap keculasan langkah-langkah AS, menjauhkan diri dari mereka, memutuskan hubungan dengan mereka di segala bidang, dan memperlakukan mereka sebagai negara muhâriban fi’lan (negara yang saat ini tengah memerangi kaum Muslim). Mahabenar Allah Swt. dengan firman-Nya:

وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا

Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka (dapat) mengembalikan kalian dari agama kalian (kepada kekafiran) seandainya mereka sanggup. (QS al-Baqarah [2]: 217). []

No comments: