Saturday, June 2, 2007

MENGUTUS BEBERAPA DELEGASI KE NEGARA-NEGARA TETANGGA

Setelah berhasil memantapkan dakwah di seluruh Hijaz, Rasul membawa dakwah ke luar Hijaz karena Islam adalah agama yang sempurna untuk seluruh alam dan Rasul pun diutus untuk seluruh alam. Allah berfirman dalam surat al-Anbiyaa' [yang artinya]: "Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam" (QS. Al-Anbiyaa': 107). "Dan Kami tidak megutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui" (QS Saba': 2). "Dialah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai" (QS At-Taubah: 33).
Karena itu, setelah Rasul mengonsentrasikan kekuatan negara (Daulah Islam) dan dakwah, beliau mulai membentuk hubungan luar negeri. Bentuknya dengan menyampaikan dakwah yang diemban oleh para delegasinya. Yang dimaksud dengan hubungan luar negeri kaitannya dengan tugas Rasul adalah hubungan dengan orang-orang di luar batas-batas pemerintahannya, yaitu golongan kafir. Rasul ketika kekuasaannya hanya di seputar Madinah, jalinan hubungannya dengan kafir Quraisy dan orang-orang di luar pemerintahan Madinah dan batas-batas kenegaraannya dikatagorikan sebagai hubungan luar negeri. Ketika kekuasaannya meliputi seluruh Hijaz, hubungannya dengan luar Hijaz juga dikatagorikan hubungan luar negeri. Ketika kekuasaannya mencakup seluruh Jazirah Arab, hubungannya dengan bangsa-bangsa di luar Jazirah, seperti bangsa Persi dan Romawi, juga dikatagorikan hubungan luar negeri. Rasulullah saw. setelah menandatangani Perjanjian Hudaibiyyah dan menyelesaikan masalah Khaibar, maka seluruh Hijaz berada di bawah kekuasaannya, sementara Quraisy dianggap tidak ada karena kekuatannya tidak diperhitungkan sebagai ancaman yang mampu membahayakan posisi pemerintahan Rasul. Quraisy ketika itu di hadapan Rasul, kekuasaannya mengalami stagnasi.
Maka dari itu, Rasul mengirimkan beberapa delegasi ke luar negeri. Beliau tidak mengambil langkah ini kecuali setelah politik dalam negeri telah terkonsentrasikan dalam keadaan tenang dan stabil. Kemudian beliau mempersiapkan kekuatan yang cukup untuk mendukung atau memperkuat gerakan politik luar negeri. Sekembalinya dari Khaibar, suatu hari beliau keluar menemui para sahabatnya, lalu bersabda, "Hai orang-orang, sesungguhnya Allah telah mengutusku sebagai rahmat dan kecukupan yang meliputi seluruh alam. Janganlah kalian berselisih atas namaku sebagaimana orang-orang Hawariyyin yang berselisih atas nama 'Isa bin Maryam."
"Bagaimana kaum Hawariyyin berselisih, wahai Rasul?" tanya para sahabat.
"Dia mengajak mereka kepada Dzat yang saya mengajak kalian kepada-Nya. Adapun orang yang diutusnya [dari] tempat perutusan yang dekat, dia diridhai dan diterima. Adapun orang yang diutusnya [dari] tempat perutusan yang jauh, maka dia mikir-mikir, memalingkan wajah, dan merasa berat," jelas Rasul.
Disebutkan bahwa beliau akhirnya mengutus mereka ke Hiraqklius, Kisra, Muqaiqis, al-Harits al-Ghassaaniy Raja Himyar, al-Harits al-Himyariy Raja Yaman, Raja Najasyi Habasyah, Raja 'Amman (Oman sekarang), Raja Yamamah, dan Raja Bahrain. Beliau mengajak mereka untuk masuk Islam. Para sahabat yang diberi tugas memenuhi apa yang dikehendaki Rasul. Kemudian beliau membuat cincin yang di atasnya diukiri kalimat "Muhammad Rasulullah". Dengan surat-surat yang dibawa para utusan ini, beliau mengutus mereka untuk mengajak para raja memeluk Islam. Pengiriman surat untuk Hiraqlius, dipasrahkan kepada Dahiyyah bin Khalifah al-Kalabiy. Surat untuk Kisra penyampaiannya diserahkan kepada 'Abdullah bin Hadzaqah al-Sahmiy. Surat untuk al-Najasyi diberikan kepada 'Amru bin Umayyah al-Dhamiriy. Surat untuk Muqauqis dikirimkan melalui Hathib bin Abi Balta'ah. Surat untuk Raja 'Amman diberikan kepada 'Amru bin 'Ash al-Sahmiy. Surat untuk Raja Yamamah diberikan kepada Salith bin 'Amru. Surat untuk Raja Bahrain diberikan kepada al-'Alla' bin al-Hadhramiy. Dan surat untuk al-Harits al-Ghassaaniy, Raja Takhum Syam diberikan kepada Syuja' bin Wahab alMakhzumiy.
Para utusan ini kemudian berangkat bersama-sama ke tempat tujuannya masing-masing yang ditunjuk Rasul. Mereka berangkat dalam waktu yang bersamaan dan menyampaikan surat-surat Nabi saw. kepada orang yang dimaksud, kemudian kembali. Sebagian besar orang yang mendapat kiriman surat Rasul membalasnya dengan halus dan lembut. Sebagian yang lain membalasnya dengan jelek. Sedangkan para penguasa Arab, jawaban yang diberikan mereka beragam. Raja Yaman dan Raja 'Amman membalas surat Nabi saw. dengan jelek. Raja Bahrain membalasnya dengan baik dan memeluk Islam. Raja Yamamah membalasnya dengan menampakkan kesiapannya menerima Islam jika dia diberi kedudukan sebagai penguasa, namun Rasul melaknatinya karena ketamakannya atau ambisinya. Adapun para penguasa selain bangsa Arab, jawabannya juga beragam. Kisra, Kaisar Persi yang tidak berapa lama setelah membaca surat Rasul yang mengajaknya masuk Islam, kemarahannya langsung meluap dan dia merobek-robek surat Rasul. Setelah itu, Kisra segera mengirim surat kepada Badzan, penguasa bawahannya yang memangku Yaman agar mengirimkan kepala utusan Rasul yang sekarang ada di Hijaz. Ketika kabar tentang ucapan Kisra dan perlakuan kasarnya terhadap surat itu sampai kepada Rasul, beliau mengutuk, "Semoga Allah merobek-robek kerajaannya!" Namun, di tengah itu, ketika surat Kisra yang ditujukan kepada Badzan, bawahannya yang menguasai Yaman, telah sampai, Badzan membahasnya, mempelajari Islam, dan akhirnya menyatakan keislamannya. Dengan demikian Badzan tetap tinggal di Yaman sebagai bawahan Nabi (gubernur) yang memerintah Yaman. Dia bukan lagi sebagai Raja Yaman al-Harits al-Himyariy. Adapun Raja Muqauqis, penguasa Qibthi (Mesir), membalasnya dengan balasan yang cantik. Muqauqis mengirim hadiah kepada Rasul. Sedangkan Raja Najasyi membalas surat Nabi saw. dengan balasan yang cantik pula, bahkan dikatakan bahwa dia menerima Islam. Adapun Kaisar Hiraqlius tidak mempedulikan ajakan ini, tidak berpikir untuk mengirim pasukan guna menyerang Muhammad, juga tidak mengatakan apa-apa. Ketika al-Harits al-Ghassaaniy (penguasa di bawah pemerintahan Kaisar Hiraqlius) minta izin kepadanya memimpin pasukan untuk menyerang dakwah Nabi, Hiraqlius tidak menjawab. Al-Harits akhirnya mengajaknya untuk memperkuat Bait al-Muqaddis.
Di antara pengaruh surat-surat ini, bangsa Arab mulai masuk agama Allah secara berbondong-bondong. Kemudian pengaruh mereka mulai berturut-turut mengikuti Rasul dan menyatakan keislaman. Adapun selain Arab, Rasul mulai menyiapkan kekuatan untuk berjuang menghadapi mereka.

No comments: