Saturday, August 25, 2007

PERJUANGAN HIZBUT TAHRIR INDONESIA MENUJU KHILAFAH

Oleh: Hafidz Abdurrahman

(Dewan Pimpinan Pusat Hizbut Tahrir Indonesia)

Pendahuluan

Yang menyatukan Hizbut Tahrir di seluruh dunia adalah ideologinya, yaitu Islam. Faktor ideologis (Islam) inilah yang menyatukan seluruh aktivisnya, meski ras, suku, bangsa dan bahasa mereka berbeda. Faktor inilah yang membentuk karakter dasarnya, yang tercermin pada kesamaan pemikiran dan perasaannya (kullun fikrun syu’uri). Karena itu pulalah, maka Hizbut Tahrir di seluruh dunia, mempunyai konsep (fikrah) dan metode (thariqah) yang sama. Yang membedakan satu dengan yang lain adalah kondisi, peluang dan tantangan yang berbeda.

Kondisi, peluang dan tantangan yang dihadapi Hizbut Tahrir di Indonesia tentu berbeda dengan kondisi, peluang dan tantangan di tempat lain. Karena itu, Hizbut Tahrir Indonesia juga memiliki keunikan tersendiri, sesuai dengan konteks keindonesiaannya. Dalam konteks keindonesiaan, Hizbut Tahrir Indonesia menghadapi kondisi, dimana negeri Muslim terbesar ---yang pernah dijajah oleh negara-negara Kafir penjajah selama 3,5 abad--- ini masih belum sepenuhnya lepas dari penjajahan. Memang, secara fisik negeri ini telah merdeka, tetapi dalam konteks yang lain, ternyata belum. Karena itu, bagi Hizbut Tahrir Indonesia, komitmen keindonesiaannya sudah jelas; membebaskan negeri Muslim terbesar ini dari cengkraman penjajahan.

Komitmen inilah yang selama ini telah dibuktikan oleh Hizbut Tahrir Indonesia melalui berbagai aktivitas intelektual dan politiknya di negeri ini. Namun, di atas semuanya itu, komitmen ini sesungguhnya merupakan manifestasi dari kesadaran ideologisnya. Kesadaran yang dibangun berdasarkan keyakinan kepada akidah Islam dan sistem kehidupan yang lahir darinya. Kesadaran ini pulalah yang telah memandu Hizbut Tahrir Indonesia untuk melihat persoalan di negeri Muslim terbesar ini dengan jernih dan cemerlang.

Cengkraman penjajah di negeri ini, khususnya Amerika, telah begitu menggurita. Bukan saja di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang politik, pendidikan, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Sejak awal, antara dekade 1990-an awal hingga 2000-an, Hizbut Tahrir Indonesia telah menyampaikan pandangannya tentang kenyataan ini, namun tidak ada yang menghiraukannya, apalagi mempercayainya. Tetapi itu tidak pernah mematahkan semangat para aktivisnya. Melalui berbagai aktivitas intelektual dan politiknya, pencerahan kepada rakyat negeri ini, khususnya umat Islam, pun terus-menerus dilakukan. Maka, setelah krisis ekonomi tahun 1997 dan bergulirnya reformasi tahun 1998, kemudian diikuti dengan silih bergantinya penguasa dan kebijakan, yang ternyata tetap tidak memihak kepada rakyat dan negeri ini, banyak kalangan yang mulai mau mendengar dan mempercayai pandangan Hizb.

Peluang dan Tantangan Pra dan Pasca Reformasi

Reformasi yang terjadi pada tahun 1998, selain faktor internal, yaitu ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah, juga ada faktor eksternal yang digerakkan oleh negara-negara Kafir penjajah, khususnya Amerika, setelah melihat kecenderungan menguatnya pengaruh Islam di negeri ini. Namun, komitmen dan kesadaran keislaman yang mulai tumbuh itu justru semakin menguat pasca bergulirnya Reformasi.

Pada saat itulah, Hizbut Tahrir Indonesia merasa terpanggil untuk segera mengambil peran riil, agar bisa memberikan kontribusi untuk menyelamatkan negeri ini. Sebagaimana booklet yang pernah dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir, Hazzat al-Aswaq al-Maliyah (Goncangan Pasar Modal) yang bertujuan untuk menguraikan fakta krisis, penyebab dan solusinya, sekaligus menunjukkan kepada publik tentang betapa jahatnya sistem Kapitalisme yang dipimpin oleh Amerika itu, maka tidak ada lagi jalan keluar yang rasional kecuali kembali kepada sistem syariah. Inilah yang juga secara konsisten terus-menerus dikampanyekan oleh Hizbut Tahrir Indonesia.

Solusi inilah yang juga ditawarkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia, di saat negeri ini masih didera oleh krisis multidimensi. Untuk itu, pada tahun 2000, Hizbut Tahrir Indonesia menyelenggarakan perhelatan akbar yang pertama, yaitu Konferensi Khilafah Internasional di stadion tenis indoor, Senayan Jakarta. Meski sebenarnya konferensi ini bukan kali pertama, tetapi inilah konferensi yang pertama kali mengangkat nama Hizbut Tahrir Indonesia ke permukaan.

Pasca Konferensi Khilafah Internasional kala itu, opini syariah dan Khilafah pun menarik perhatian publik, dan menjadi berita besar di media massa nasional. Namun, hanya beberapa saat, sampai akhirnya tenggelam kembali dan hilang. Meski demikian, ada satu hal yang menarik, bahwa isu syariah yang selama ini dikebiri, akhirnya menyeruak dan semakin nyaring diperjuangkan.

Setalah itu, banyak kalangan mengemukakan gagasan penerapan syariat Islam, mulai dari gerakan, ormas hingga parpol Islam. Maka, berangkat dari kewajiban syar’i untuk menyelamatkan negeri ini, momentum amandemen UUD 45, yang terjadi pada bulan Agustus 2002, bertepatan dengan sidang umum MPR, telah dimanfaatkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia untuk menawarkan solusinya kembali, syariah, melalui kampanye syariah. Dimulai dengan long march dari Monas menuju gedung DPR/MPR RI dengan barisan yang rapi dan berseragam hitam putih. Long march yang diikuti sekitar 15,000 massa itu pun berhasil menyedot perhatian publik dan media massa, baik lokal, nasional maupun internasional. Pesan singkat kampanye tersebut, “Selamatkan Indonesia dengan Syariah” juga telah menjadi opini publik yang cukup massif. Kampanye yang didukung dengan diskusi publik selama kurang lebih tiga bulan dengan mengangkat berbagai topik, disertai dengan pengiriman delegasi kepada DPR/MPR RI, serta pemasangan spanduk “Selamatkan Indonesia dengan Syariah” di seluruh penjuru negeri telah membuat kampanye ini sukses membangun opini tentang eksistensi Hizbut Tahrir Indonesia dan perjuangannya. Menyelamatkan Indonesia dari berbagai krisis multidimensi dengan syariah.

Memberikan Kontribusi dan Mengokohkan Peranan

Harus diakui, bahwa keberadaan Hizbut Tahrir Indonesia yang mulai eksis di tengah-tengah masyarakat memberikan kontribusi bagi perjalanan aktivitas Hizbut Tahrir Indonesia berikutnya. Jika sebelumnya aktivitas Hizbut Tahrir Indonesia lebih banyak terfokus pada aktivitas internal, pembinaan kader, maka setelah itu aktivitasnya mulai banyak keluar, yaitu pembinaan umat (tatsqif al-ummah). Mulai dari seminar, diskusi, khutbah Jum’at, tablig akbar, penerbitan buletin al-Islam, majalah al-Waie, press release Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia, naysrah, booklet, hingga penulisan artikel, talk show di media massa, baik cetak maupun elektronik, lokal maupun nasional.

Melalui berbagai sarana dan media tersebut, Hizbut Tahrir Indonesia menyampaikan berbagai gagasannya tentang syariah dan Khilafah, serta pentingnya persatuan dan kesatuan umat Islam di seluruh dunia. Sebagai entitas yang juga telah bersumpah untuk menjadi penjaga Islam yang amanah (harisan amin[an] li al-Islam), Hizbut Tahrir Indonesia juga merasa bertanggungjawab untuk mengoreksi dan mengontrol setiap pemikiran dan perasaan umat yang bertentangan dengan Islam.

Karena itu, Hizbut Tahrir Indonesia bukan hanya mengoreksi berbagai kebijakan penguasa yang dianggap melanggar syariah, tetapi juga sikap umat dan para tokohnya. Selain memaparkan fakta, Hizbut Tahrir Indonesia juga memberikan solusi dan jalan keluarnya menurut syariah. Bahkan tidak jarang, Hizbut Tahrir Indonesia juga membongkar konspirasi yang merugikan negeri ini, serta rakyatnya. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia ketika menolak UU SDA, UU Migas, Penyerahan Blok Cepu, RUU Anti Pornografi-Pornoaksi, dan RUU Penanaman Modal. Tidak berhenti di situ, Hizbut Tahrir Indonesia juga telah melakukan berbagai advokasi, baik melalui aksi demonstrasi maupun pengiriman delegasi kepada para perumus dan pengambil kebijakan, guna membela kepentingan umat dan rakyat di negeri ini.

Hizbut Tahrir Indonesia juga sangat gigih menjaga persatuan dan kesatuan negeri Muslim terbesar ini. Di kalangan internal umat Islam, Hizbut Tahrir Indonesia bersama organisasi keislaman yang lain menjadi inisiator lahirnya Forum Umat Islam, yang menghimpun sejumlah organisasi keislaman. Bukan hanya itu, Hizbut Tahrir Indonesia juga menyelenggarakan sejumlah forum temu tokoh, yang bertujuan menyamakan visi dan misi perjuangan umat, sehingga terjadilah sinergi dan persatuan. Sementara di level kebijakan, Hizbut Tahrir Indonesia seringkali membongkar konspirasi negara-negara Kafir penjajah untuk memecahbelah negeri ini. Sebagaimana yang dilakukan Hizbut Tahrir Indonesia sebelum Timor Timur lepas pada tahun 1999, maupun dalam kasus-kasus terakhir, baik OPM, RMS maupun DCA. Semuanya tidak pernah luput dari perhatian Hizbut Tahrir Indonesia.

Inilah berbagai aktivitas yang bisa didedikasikan oleh Hizbut Tahrir Indonesia kepada umat Islam, seluruh rakyat dan negeri ini. Inti dari semuanya tadi tak lain adalah pencerdasan umat dan rakyat. Jika mereka cerdas, dan tahu bagaimana caranya seluruh kepentingan mereka harus diurus, dengan apa dan siapa yang layak untuk mengurus kepentingan mereka, maka dengan izin dan pertolongan Allah, umat Islam di negeri ini akan bangkit, dan menerapkan syariat agamanya. Bukan hanya itu, mereka pun tidak akan rela, kecuali dipimpin oleh seorang Khalifah yang menerapkan syariat-Nya. Jika itu menjadi kehendak mereka, maka siapakah yang bisa menghalanginya?

Kesimpulan

Maka, tidak ada aktivitas lain yang wajib dilakukan dalam upaya penerapan syariat Islam di mana pun, termasuk di negeri ini, kecuali dengan membina umat dan memberikan pencerahan kepada mereka tentang syariah. Untuk tujuan itulah, maka Hizbut Tahrir Indonesia telah mengeluarkan buku, Menegakkan Syariat Islam dan Bunga Rampai Penerapan Syariat Islam. Selain itu, Hizbut Tahrir Indonesia juga telah menyiapkan konsepsi tentang Politik Syariah dalam Bidang Politik, Ekonomi, Sosial dan Pendidikan, yang pernah diajukan kepada para Calon Presiden dan Wapres menjelang Pemilu 2004, dan juga Strategi Kebudayaan di Bidang Politik, Ekonomi, Sosial dan Pendidikan, yang pernah diajukan kepada Panitia Kongres Umat Islam IV di Jakartas.

Karena itu, aktivitas Hizbut Tahrir Indonesia dan juga Hizbut Tahrir di seluruh dunia, tidak ada lain, melainkan aktivitas intelektual dan politik. Hizbut Tahrir menyadari, bahwa upaya ini tidak bisa dilakukan sendiri. Upaya ini hanya akan berhasil, jika bersama-sama dengan umat dan seluruh kekuatan umat. Karena itu, Hizbut Tahrir Indonesia akan senantiasa bersama-sama umat, dan berada di tengah-tengah mereka. Jika aktivitas yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia, dan juga Hizbut Tahrir di seluruh dunia hanyalah aktivitas intelektual dan politik, maka upaya pelarangan terhadap Hizbut Tahrir adalah bukti kekalahan intelektual yang memalukan. Wallahu rabb al-musta’an wa ilaihi at-takilan.

1 comment:

Anonymous said...

ass… numpang singgah sekejap, bila ada masa, saya jemput tuan ke laman blog saya.