Kharaj adalah hak yang diberikan oleh Allah SWT kepada kaum muslimin dari kaum kuffar. Kharaj adalah hak yang dikenakan atas lahan tanah yang telah dirampas dari tangan kaum kuffar, baik dengan cara perang maupun damai. Apabila perdamaian tersebut menyepakati, bahwa tanah tersebut adalah milik kita, dan mereka pun mengakuinya dengan membayar kharaj, maka mereka harus menunaikannya. Kharaj, menurut bahasa bermakna al kara' (sewa) dan al gullah (hasil). Tiap tanah yang diambil dari kaum kuffar secara paksa, setelah perang diumumkan kepada mereka, maka tanah tersebut dianggap sebagai tanah kharajiyah. Apabila mereka memeluk Islam, setelah penaklukan tersebut, maka status tanah mereka tetap kharajiyah. Abu Ubaid meriwayatkan di dalam kitab Al Amwal dari Az Zuhri yang mengatakan: "Rasulullah SAW menerima jizyah dari orang Majusi Bahrain." Az Zuhri menambahkan: "Siapa saja di antara mereka yang memeluk Islam, maka keislamannya diterima, dan keselamatan diri dan hartanya akan dilindungi, selain tanah. Sebab tanah tersebut adalah harta fai' (rampasan) bagi kaum muslimin, karena orang tersebut sejak awal tidak menyerah, sehingga dia terlindungi." Maksudnya, mereka terlindungi dari kaum muslimin.
Sedangkan jumlah kharaj yang harus diambil atas tanah tersebut dihitung berdasarkan kandungan tanahnya. Ketika Umar menetapkan kharaj, beliau meneliti kandungan tanahnya, tidak bertindak lalim terhadap si pemilik dan penanamnya. Dalam beberapa kondisi, beliau telah mengambil untuk tiap 1 jarib dengan 1 qafiz dan 1 dirham. Dalam kondisi lain, serta terhadap tanah yang lain, beliau ambil dengan jumlah yang lain. Beliau juga memberlakukan untuk daerah Syam berbeda dengan ini. Jadi, beliau memang diketahui telah meneliti tiap tanah berdasarkan kandungannya. Apabila beliau telah menetapkan kharaj tersebut berdasarkan kandungan tanahnya, maka beliau akan mengambilnya sesuai dengan apa yang telah beliau tetapkan. Apabila beliau menetapkan kharaj atas sebidang tanah pertahun, maka beliau mengambil kharaj tersebut pada akhir tahun qamariyah. Sebab, tahun qamariyah tersebut merupakan tahun yang sudah umum, menurut syara'. Apabila beliau menetapkan kharaj atas sepetak tanaman, maka beliau akan mengambil kharajnya tiap tahun pada saat akhir tahun syamsyiyah. Sebab, tahun syamsyiyah tersebut merupakan tahun turunnya hujan dan mulai bercocok tanam. Apabila beliau menetapkannya dengan sistem hasil, maksudnya sesuai dengan kadar tertentu dari panen yang dihasilkan pada umumnya, maka beliau akan mengambil kharaj tersebut pada saat sempurna dan panennya tanaman tersebut.
Seorang imam (khalifah) boleh menetapkan kharaj dengan memperhatikan hal-hal yang lebih layak untuk ketiga obyek ini: Adakalanya terhadap sebidang tanah, sepetak tanaman, atau diukur sesuai dengan kadar hasil panennya. Apabila tanah tersebut mengalami perbaikan, sehingga menambah hasil panennya, atau tanah tersebut terserang faktor-faktor yang bisa mengurangi hasilnya, maka harus diteliti terlebih dahulu: Apabila tanah pertambahan hasil panen tersebut merupakan hasil usaha petani, misalnya karena mereka telah menggali sumur, atau mereka telah membuat saluran air, maka mereka tidak ditambah beban pungutan kharajnya sedikitpun. Apabila berkurangnya hasil panen mereka tersebut karena ulah mereka, misalnya mereka merusak saluran air tersebut, atau mereka tidak memanfaatkan sumur tersebut, maka pungutan kharaj mereka tidak dikurangi sedikitpun. Mereka juga diperintah agar memperbaiki alat-alat yang telah mereka hancurkan. Apabila bertambah dan berkurangnya hasil panen tersebut karena ulah negara, misalnya negara menggali sumur tersebut untuk mereka, atau tidak memperbaiki sumur bor dan saluran-salurannya, maka negara boleh menambah pungutan kharajnya pada saat hasil panennya bertambah, dan wajib mengurangi pungutan kharaj tersebut, manakala hasil panennya berkurang. Namun, apabila bertambah dan berkurangnya hasil panen tersebut karena faktor alam, misalnya ada bencana yang bisa mecobohkan pepohonannya, atau hanyut karena banjir yang melanda, maka kharaj tersebut ditetapkan atas tanah tadi menurut kadar kandungannya, sehingga penduduk setempat tidak merasa didzalimi. Kharaj tersebut ditentukan untuk jangka waktu tertentu, dan tidak terus-menerus. Ketentuan ini bisa merubah, ketika berakhirnya waktu tertentu mengikuti kandungan tanahnya pada saat memperkiraan waktu yang baru.
Friday, May 18, 2007
Kharaj
Posted by Harist al Jawi at 3:05 PM
Labels: Artikel Ekonomi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment