Saturday, April 21, 2007

Basis-basis Serangan Amerika

Untuk melancarkan serangannya terhadap Dunia Islam, AS menyandarkan dirinya pada basis-basis utama berikut ini:
Pertama, Posisi AS dalam konstelasi politik internasional dan pengaruhnya yang kuat terhadap Dunia Islam. Kondisi ini terwujud terutama setelah Perang Teluk II yang menghasilkan keuntungan-keuntungan politis bagi AS, yakni pemantapan hegemoninya di Dunia Islam secara keseluruhan. Akibat adanya posisi dan pengaruh AS itu, Dunia Islam menjadi pihak yang paling banyak menerima tekanan-tekanan AS dan menjadi sasaran serangan AS yang bertujuan menghancurkan Islam dengan cara menggiring dan mengajak kaum muslimin untuk menganut Kapitalisme.
Kedua, Kepemimpinan AS atas negara-negara Kapitalis lain yang berambisi untuk berpartisipasi dalam serangan yang dilancarkan AS. Selain itu, AS juga telah melemahkan pengaruh negara-negara Kapitalis tadi dan menundukkan agen-agennya di Dunia Islam demi kesuksesan serangannya. Meskipun demikian, negara-negara Kapitalis tadi sebenarnya tak berbeda dengan AS dalam pandangannya terhadap Islam, yakni Islam dianggap sebagai bahaya yang mengancam negara-negara Kapitalis berikut seluruh pengaruh dan kepentingan mereka.
Ketiga, AS mempunyai legitimasi dan alat internasional, yakni PBB dan Piagam PBB, termasuk berbagai badan dan organisasi yang menginduk kepada PBB. Semua alat ini telah dikendalikan oleh AS guna menjalankan strateginya dan memberikan legitimasi internasional terhadap segala tindakan yang dianggap perlu oleh AS, baik tindakan dalam bidang politik, ekonomi, militer, maupun yang lainnya.
Keempat, Sarana-sarana media massa internasional telah dikuasai oleh AS dan sekutu-sekutunya, kemudian dijadikan senjata paling mematikan untuk melancarkan serangan. Sarana-sarana itu selain dimanfaatkan AS untuk menjajakan slogan-slogan yang mereka gunakan dalam serangan ini, juga telah direkayasa untuk menggambarkan citra buruk mengenai Islam serta membangkitkan rasa benci dan permusuhan dunia terhadap orang-orang yang berpegang teguh pada Islam. Mereka yang konsisten terhadap Islam ini telah dicap dan dicaci maki dengan macam-macam predikat : fundamentalis, radikalis, ekstrimis, teroris, dan sebagainya.
Tak diragukan lagi, senjata mereka ini sangatlah berbahaya, terutama setelah adanya revolusi komunikasi dan informasi yang berlangsung pada paruh kedua abad ini, sehingga dunia seakan-akan telah berubah menjadi sebuah desa kecil. Akibatnya, hampir-hampir tak ada satu rumah pun di dunia ini yang tidak dimasuki oleh arus informasi, baik informasi yang dapat dibaca maupun yang bersifat audio visual.
Kelima, Barangkali basis yang paling berbahaya ialah para penguasa yang menjadi agen AS dan sekutu-sekutunya, termasuk orang-orang yang ada di sekitar para penguasa tersebut. Orang-orang yang dekat dengan para penguasa ini terdiri dari para penjilat hina yang munafik, orang-orang lemah yang pragmatis, dan para intelektual yang kenyang dengan kebudayaan Barat yang kafir dan tertipu oleh metode kehidupan mereka. Termasuk juga dalam hal ini, sebagian orang yang pura-pura membela Islam, seperti para oknum ulama pendukung penguasa, individu-individu tertentu yang ditonjol-tonjolkan sebagai intelektual muslim, dan beberapa tokoh harakah Islam. Pada hakekatnya, mereka ini tak lebih hanyalah orang-orang sekuler yang mempropagandakan pemisahan agama dari kehidupan.
Semua pihak di atas telah berkomplot dan berkhidmat demi kesuksesan serangan Amerika, yang sesungguhnya bertujuan menggiring kaum muslimin agar membuang ideologi Islam dan kemudian memeluk ideologi Kapitalisme.
Dalam hal ini cara dan sarana yang digunakan oleh para penguasa dan antek-anteknya itu beraneka ragam, antara lain:
1. Menyesatkan umat melalui media massa.
2. Memanipulasi pemahaman dan hukum Islam.
3. Menerapkan peraturan-peraturan kufur dan melegislasi berbagai hukum dan undang-undang untuk menerapkan peraturan kufur itu.
4. Mengadakan berbagai macam perjanjian dan kesepakatan agar negara-negara di Dunia Islam tetap lestari berada di bawah telapak kaki orang-orang kafir dan cengkeramannya.
5. Menjalankan rencana dan skenario yang dikarang oleh kaum kafir, yang bertujuan untuk menghina-dinakan umat dengan cara memusnahkan nilai-nilai luhur dalam ajaran Islam.
6. Menumpas secara kejam para pejuang Islam yang telah sadar dan ikhlas dari kalangan putera-puteri umat Islam, dengan tujuan untuk membungkam mulut mereka dan menyebarkan rasa ngeri sekaligus melancarkan teror terhadap rakyatnya sendiri. Dengan demikian, para penguasa tersebut berharap agar tak ada seorang pun yang berani menyuarakan kebenaran secara terang-terangan, sehingga mereka akan lebih mudah menginjak-injak umat dan menggiring mereka agar ridla meyakini kekufuran dan ikhlas diinjak-injak kaum kafir.

Kelima basis di atas itulah basis-basis utama yang digunakan oleh AS untuk melancarkan serangannya melawan kaum muslimin. Serangan ini bertujuan untuk menghancurkan Islam dengan cara menggiring kaum muslimin untuk memeluk dan menganut ideologi Kapitalisme.
Serangan AS itu terwujud dalam empat slogan yang sebenarnya merupakan substansi ideologi Kapitalisme, yaitu: Demokrasi, Pluralisme, Hak Asasi Manusia, dan Politik Pasar Bebas.
Sebelum slogan-slogan ini dibahas dan dikritik secara rinci, akan dijelaskan terlebih dahulu kerusakan asas pemikiran yang melahirkan slogan-slogan tadi.
Asas slogan-slogan itu adalah aqidah Kapitalisme, yaitu aqidah pemisahan agama dari kehidupan (Sekulerisme).
Aqidah ini, sebenarnya bukanlah hasil proses berpikir. Bahkan, tak dapat dikatakan sebagai pemikiran yang logis. Aqidah pemisahan agama dari kehidupan tak lain hanyalah penyelesaian yang berkecenderungan ke arah jalan tengah atau bersikap moderat, antara dua pemikiran yang kontradiktif. Kedua pemikiran ini, yang pertama adalah pemikiran yang diserukan oleh tokoh-tokoh gereja di Eropa sepanjang Abad Pertengahan (abad V-XV M), yakni keharusan menundukkan segala sesuatu urusan dalam kehidupan menurut ketentuan agama (gereja). Sedangkan yang kedua, adalah pemikiran sebagian pemikir dan filsuf yang mengingkari keberadaan Al Khaliq.
Jadi, pemikiran pemisahan agama dari kehidupan merupakan jalan tengah di antara dua sisi pemikiran tadi. Penyelesaian jalan tengah, sebenarnya mungkin saja terwujud di antara dua pemikiran yang berbeda (tapi masih mempunyai asas yang sama). Namun penyelesaian seperti itu tak mungkin terwujud di antara dua pemikiran yang kontradiktif. Sebab dalam hal ini hanya ada dua kemungkinan. Yang pertama, ialah mengakui keberadaan Al Khaliq yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan. Dan dari sinilah dibahas : apakah Al Khaliq telah menentukan suatu peraturan tertentu lalu manusia diwajibkan untuk melaksanakannya dalam kehidupan ? Juga apakah Al Khaliq akan menghisab manusia setelah mati mengenai keterikatannya terhadap peraturan Al Khaliq ini ?
Sedang yang kedua, ialah mengingkari keberadaan Al Khaliq. Dan dari sinilah dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa agama tidak perlu lagi dipisahkan dari kehidupan, tapi bahkan harus dibuang dari kehidupan.
Adapun pendapat yang mengatakan bahwa keberadaan Al Khaliq tidaklah lebih penting daripada ketiadaan-Nya, maka ini adalah suatu ide yang tidak memuaskan akal dan tidak menenteramkan jiwa.
Jadi, berdasarkan fakta bahwa aqidah Kapitalisme adalah jalan tengah di antara pemikiran-pemikiran kontradiktif yang mustahil diselesaikan dengan jalan tengah, maka sudah cukuplah bagi kita untuk mengkritik dan membatalkan aqidah ini. Tak ada bedanya apakah aqidah ini dianut oleh orang yang mempercayai keberadaan Al Khaliq atau yang mengingkari keberadaan-Nya.
Tetapi dalam hal ini dalil aqli (dalil yang berlandaskan keputusan akal) yang qath'i (yang tidak diragukan lagi kebe-nar­annya), membuktikan bahwa Al Khaliq itu ada dan Dialah yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan. Dalil tersebut juga membuktikan bahwa Al Khaliq ini telah menetapkan suatu peraturan bagi manusia dalam kehidupannya, dan bahwasanya Dia akan menghisab manusia setelah mati mengenai keterikatannya terhadap peraturan Al Khaliq tersebut.
Kendatipun demikian, di sini bukan tempatnya untuk melakukan pembahasan mengenai eksistensi Al Khaliq atau mengenai peraturan yang ditetapkan Al Khaliq untuk manusia. Namun yang menjadi fokus pembahasan di sini ialah aqidah Kapitalisme itu sendiri dan penjelasan mengenai kebatilannya. Dan kebatilan Kapitalisme cukup dibuktikan dengan menunjukkan bahwa aqidah Kapitalisme tersebut merupakan jalan tengah antara dua pemikiran yang kontradiktif, dan bahwa aqidah tersebut tidak dibangun atas dasar pembahasan akal.
Dengan merobohkan aqidah Kapitalisme ini, sesungguhnya sudah cukup untuk merobohkan ideologi Kapitalisme secara keseluruhan. Sebab, seluruh pemikiran cabang yang dibangun di atas landasan yang batil pada hakekatnya adalah batil juga. Dan ini berarti, tidak perlu lagi dibahas ide-ide pokok dalam Kapitalisme satu per satu secara mendetail.
Hanya saja, pembahasan secara rinci terhadap ide-ide pokok itu kini telah menjadi satu keharusan, karena seba-gian ide-ide tersebut telah dipasarkan secara universal dan diterima oleh sebagian kaum muslimin. Selain itu, ide-ide tadi ternyata telah menjelma menjadi slogan-slogan yang digunakan Amerika untuk menyerang Islam dan umatnya dengan suatu serangan yang sangat ganas dan berbahaya.
Oleh karena itu, ide-ide pokok tadi harus dibahas secara terperinci, kemudian diterangkan kekeliruannya dan kontradiksinya dengan Islam. Dengan demikian, diharapkan kaum muslimin akan mengetahui bahwa mereka diharamkan untuk mengambil ide-ide tersebut. Dan lebih dari itu, mereka bahkan diwajibkan membuang sama sekali semua ide-ide itu dan menentang serta melawan siapa pun yang berusaha menjajakannya.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, slogan-slogan tersebut ada empat buah; Demokrasi, Pluralisme, Hak Asasi Manusia, dan Politik Pasar Bebas.

No comments: