PEMBAKARAN DALAM SEBUAH PERSAMAAN
“Saya selalu memikirkannya dengan penasaran, sementara sebagian besar ilmuwan mengklaim untuk menjauhkan diri dari Agama, tetapi sebenarnya hal itu mendominasi pemikiran mereka melebihi dari apa yang ada dalam kependetaan’ Fred Hoyle
Kembali menengok ke belakang pada pertanyaan mendasar kita yaitu Mengapa kita berada disini? Apa yang menjadi asal usul ala semesta? Dan Apakah alam ini harus sesuai dengan jalannya sepeti ini? Dan kita menemukan bahwa agaimana kita tiba pada jawaban-jawaban yang penting sebagaimana jawaban yang diperlukan
Sebagian besar ilmuwan mengisi dirinya untuk mengadopsi pendekatan pragmatis ateis yang begitu senang untuk menganggap alam semesta sebagai pemberian dan berhubungan dengan semua isinya. Mereka benar-benar menentang secara temperamental terhadap segala bentuk metafisik, dan membiarkannya menjadi hal mistis atau argumentasi yang bersifat meramalkan. Mereka biasanya mencemooh dan menolak pemikiran keberadaan seorang Tuhan, atau bahkan sebuah pencipta yang dapat menyangga realitas dan membawa sebuah kesatuan atau aspek yang mempunyai ketergantungan dan kruang arbitrer.
Tetapi kita belum melihat pada bab sebelumnya bahwa terdapat sebuah hal yang pasti di luar hal yang masuk akal yang kita tangkap, dan sestau di luar kemampuan kita yang terbatas termasuk kemampuan otak/akal untuk memahaminya.
Sains dibangun dalam sebuah asumsi rasionalitas terhadap alam semesta-dan kebanyakan ilmuwan memegang teguh prinsip tersebut sebagaimana mereka menghasilkan beberapa hal penting yang logis atau tidak dapat terhindarkan. Dalam berupaya untuk menjawab pertanyaan mendasar di atas, kita harus mempertimbangkan dan memikirkan kemungkinan dari dua perbedaan kelas dari benda atau sesuatu.
Dalam kelas pertama adalah fakta-fakta mengenai alam atau jagad raya, seperti adanya bebeapa planet dan system tata surya. Dan sudah merupakan fakta yang cukup kasar bahwa dalam ala ini terdapat semilan planet. Kita dapat bertanya mengapa ada sembilan planet dan penjelasan terhadap keberadaan sembilan planet itu erpusat pada cara dimana system tata surya terbentuk dari sebuah gumpalan gas. Karena penjelasan terhadap ciri atau karakteristik system tatasurya berdasar pada sesuatu yang lain ketimbang pada bagian sendiri, maka cirri ini diistilahkan dengan ‘kesatuan’
Kelas kedua adalah mengacu pada fakta-fakta atau objek atau juga peristiwa yang ukan merupakan kesatuan. Dan hal tersebut disebut dengan kebutuhan/kepentingan
Seperti yang didiskusikan dalam pendahuluan, semua benda-benda fisik yang kita teliti di ala semesta, temasuk isi jagad raya dan peristiwa yang menimpanya adalah teratas dan mempunyai sifat kesatuan. Teleih lagi jika sesuatu itu adalah keutuhan, maka hal itu pasti selalu hal yang tidak dapat berubah. Sebuah kebutuhan atau kepentingan dapat membuat tidak ada referensi waktu. Sedangkan bentuk dari alam semesta terusmeneus berubah selaras dengan waktu, sehingga semua benda fisik yang amil bagian dalam peruahan itu pasti merupakan kesatuan. Beberapa ilmuwan mempertahankan bahwa alam semesta sebagai seuah keseluruhan adalah kebutuhan dan berujung pada fakta bahwa sains adalah menjadi kepala terhadap sbuah Teori segala sesuatu’ yang akan membantu membomgkar dan menyelesaikan misteri alam semesta ini. Akan tetapi beberapa ahli terkemuka telah menuju pada seuah keterbatasan dari seuah teori jika hal ini benar-enar ada, karena adanya Paradox referensi pribadi Gsdelian yang kita diskusikan di awal. Russell Stannard mendiskusikannya di The Times (London) terhadap dampaknya menyatakan: “Sebuah teori yang asli dari segala sesuatu harus dijelaskan tidak hanya bagaimana alam semesta dapat menjadi sedeikian rupa, tetapi juga mengapa hanya jenis dari alam saja yang isa menjadi demikian-mengapa hanya ada satu set atuan hukum fisik saja….tujuan ini saya yakin menjadi seuah ilusi…dan hal ini merupakan turunan, tidak dapat terelakan dengan kekurangkomplitan yang harus merefleksikan agiannya sendiri dalam odel system matematis alam semesta. Karena ciptaan ini milik dari dunia fisik kita, maka kita akan termasuk ke dalam again dari odel tersebut. Hal ini akan mengikuti bahwa kita tidak akan pernah mampu untuk membenarkan pilihan aksioma-dan sebagai akibat dari hukum fisik yang ada dalam aksioma tersebut. Tidak akan dapat kita menghitung semua pernyataan yang benar yang dapat diuat mengenai alam semesta ini.
Pencarian terhadap sebuah keunikan yang asli ‘mengenai Teori segala sesuatu’ yang akan menghilangkan semua kemungkinan dan menunjukan dunia fisik haruslah dalam kebutuhan sebenarnya, dan terlihat akan mengalami petaka kegagalandalam landasan konsistensi logis. Tidak ada system yang rasional yang dapat dibuktikan baik itu dalam kekonsistenan maupun kelengkapan, semisal ketentuan. Dan akan ada tersisa eeapa keterbukaan dalam eberapa elemen misteri, dan sesuatu yang tidak terjelaskan.
Ahli filsafat Thomas Torrance mencaci mereka yang jatuh ke dalam godaan untuk mempercayai bahwa alam ini adalah berupa perpetum mobile, sebuah keberadaan diri, dukunagan diri, dan penjelsan pribadi terhadap kesemua kekonsistenan dan kelengkapan yang ada di dalamnya sehingga dengan demikian tidak memerlukan kebutuhan akan seorang Pencipta atau Tuhan. Dia meperingatkan bahwa:
“Tidak ada alasan intrinsic di dalam semesta mengapa hal ini harus ada sama sekali, atau mengapa hal ini harus erjalan sesuai dengan apa yang seharusnya: tetapi kita menipu diri kitadengan sains murni bahwa kita berpikir dapat menciptakan alam semesta sepetiapa adanya”
Sekarang kita berpaling pada sebuah masalah yang lebih serius yaitu dengan argumen atau pendapat “keunikan alam semesta’, dan sering sekali mendapat tanggapan. Sekalipun hukum-hukum dari fisika itu besifat unik, tidak lantas mengikuti bahwa alam semesta secara fisik juga akan unik. Kemudian hal ini terlihat bahwa fisik ala semesta tidak mempunyai cara yang seharusnya, dan ini adalah asumsi atau anggapan bahwa alam ini adalah berupa kesatuan dan dapat dimengerti yang memberikan motivasi bagi sains empiris. Tanpa adanya kemungkinan dalam prinsip kita tidak dapat menjelaskan alam semesta dengan menggunakan pengambilan kesimpulan logis, tanpa pernah menelitinya. Dan tanpa sesuatu yang dapat dipahami, maka tidak akan ada sains
“Hal ini merupakan kombinasi dari keatuan dan kesepahaman”
seperti yang ditulis ahli filsafat Ian Barbour,
“Yang mendorong kita untuk mencari sesuatu yang baru dan bentuk yang tidak terduga dari ketentuan atau bentuk rasional”
Barbour menegaskan bahwa kemungkinan dari dunia ini adalah rangkap empat. Pertama, adalah ‘Hukum Alam’ yang muncul sebagai kemungkinan. Kedua, adalah kondisi awal kosmologis. Ketiga, kita mengetahui dari mekanika kuantum bahwa Tuhan melainkan dadu, bahwa ada sebuah elemen satistik mendasar di dalam alam. Pada akhirnya, ada seuah fakta bahwa alam semesta itu ada. Hal ini merupakan hal terakhir yang enar-enar dengan jelas diekspresikan oleh Steven Hawking:
“ Mengapa alam semesta menuju pada maslah yang menggangu mengenai kebeadaan?
dia bertanya;
“Apa yang telah menghemuskan api ke dalam persamaan dan memuat alam menjadi duatu yang harus digambarkan bagi meeka?
Saya percaya bahwa ada juga kemungkinan kelima yang harus diteukan dalam hukum pada tingkat yang leih tinggi yang besama-sama dengan kelengkapan organisasi dari system yang kompleks atau rumit.”
Mari pertama-tama saya menentukan seuah usaha yang sepele pada penjelasan bahwa kadang-kadang ada usulan untuk menghindari keutuhan akan seorang ‘Pencipta/ Ketuhanan’. Telah dikeukakan bahwa eberapa dari segala sesuatu di alam ini dapat dijelaskan dalam pengetian yang lain, dan pengertian atau istilah tersebut berada dalam sebuah rantai yang tidak terbatas. Seperti yang saya utarakan dalam pendahuluan, bahwa hal ini faktanya tidak dapat menjawab pertanyaan mendasar mengenai asal usul alam semesta, tetapi malahan elewatkan untuk memberikan sebuah jawaan. Dan salah bagi kita untuk mengharap bahwa seuah rantai penjelasan yang tak teratas adalah cukup memuaskan pada dasar bahwa setiap anggota rantai ini dijelaskan oleh anggota sebelumnya.
G.W. Leibniz membuat masalah ini mengesankan dengan mengundang kita untuk memikirkan sebuah koleksi uku yang tak tebatas. dan masing-masing digandakan dari uku yang sebelumnya. Untuk mengatakan bahwa isi buku itu adalah asur atau ngaco. Maka kita kita masih memberikan alas an dengan menanyakan siapa pengarangnya.
Bagi saya hal ini jelas, bahwa kita tidak mempunyai pilihan, tetapi berupaya mencari penjelasan dalam sesuatu yang di luar alam semesta atau bersifat metafisik-karena seperti yang kita lihat, seuah kemungkinan atau alam fisik yang terikat tidak dapat terkandung dalam bagiannya sendiri dan menjelaskannya untuk diri sendiri.
Saya percaya, apakah wajar untuk berpendapat bahwa penjelasan itu terletak dalam sebuah penciptaan dengan apa yang kita sebut sebagai Tuhan. Tetapi apa yang seenarnya Tuhan punyai?
Jika ini dapat diterima bahwa alam semesta tidak ada tanpa adanya alas an, dan jika kita menandai alasan Tuhan, maka pertanyaan pertama untuk dilakukan adalah: dalam hal apa Tuhan dikatakan bertanggungjawab bagi ‘Hukum alam? Pasti ada beberapa elemen pilihan yang melibatkan beberapa kemungkinan alam yang akan dibuang. Dengan asumsi ini, dia menjadi rasional. Dia juga menjadi ‘yang Maha Kuasa’.Jika Tuhan tidak Maha Kuasa, maka kekuatannya akan dibatasi dalam bebeapa cara. Dengan alas an yang sama, Tuhan akan menjadi sempurna. Dia juga menjadi Maha Kuasa- yaitu dia perlu sadar terhadap segala altenatif yang mungkin-baik itu masa lalu, sekarang dan masa depan.
Leinez membuat argumen di atas secara rinci untuk membuktikan, dasatr dari rasionalitas kosmos, seperti adanya Tuhan. Dia menyimpulkan dari pendapat kosmologinya bahwa seseorang yang maha kuasa, sempurna, maha mengetahui harus benar-benar ada.
Secara sederhana jika alam enar-benar mempunyai seuah penjelasan dn tidak dapat menjelaskannya keeradannya sendiri, maka hal terseut harus dijelaskan dengan sesuatu di luar dirinya, contohnya Tuhan. Teka teki yang tua terhadap pertanyaan Sipa ayang Membuat Tuhan adalah hal yang berahaya dan akan embawa kita pada suatu keunduran. Untuk menghindari masalah ini, kita harus mengasumsikan bahwa Tuhan agaimanapun dapat menjelaskan keberadaanya sendiri, yaitu dengan cekup bericara bahwa Tuhan adalah mahluk yang benar-benar diperlukan dam hal yang teknis, dan dia benar-benar independen atau bebas dan mampu mencukuopi dirinya sendiri. Lebih tepat, jika Tuhan digunakan untuk mendukung penjelasan dan alsan kerbeadaan alam semesta atau jagad raya.
Beberapa ahli filsafat telah berpebdapat bahwa ide terhadap mahluk yang benar-benar penting adalah tidak koheren atau erkaitan dan tidak berarti. Tentunya manusia tidak dapat memahami sidfat dari mahluk tersebut. Tetapi hal ini tidak erarti bahwa ide dari mahluk yang serba Maha itu adalah bertentangan dengan diri pribadi.
Ide atau pemikiran terhadap Tuhan sebagai mahluk yang penting, mahakuasa, sempurna, maha mengetahui, tidak terkekang oleh waktu, dan hal luar iasa lainnya yang ada dalam alam ini akan tergantung pada keberadaanya yang memang sedikit sulit dipahami logika, tetapi siapa yang tidak terpengaruh oleh keberadaan alam dengan keyakinannya terhadap Tuhan adalah dilakukan oleh Umat Islam semenjak jaman Nabi sekitar seribu tiga ratus tahun yang lalu serta dilakukan oleh teolegi Kristen semenjak zaman Thomas Aquinas.
Akan tetapi walaupun tuntutan rasionalitas terlihat memaksa atau mendorong kita pada sebuah kesimpulan terhadap Tuhan sebagai penjelsan yang pasti terhadap keberadaan alam semesta, maka ada juga kesluitan serius yang selalu muncul mengenai hubungan Tuhan dengan peruahan alam yang tidak terbatas, dengan kehendaknya yang bebas, seagaimana yang dipahami oleh para filsafat barat, ilmuwan, dan bahkan para ahli teologi. Kesulitan ini telah melekat di hati para teologi arat bahkan semenjak zaman Plato.
Tensi atau kecenderungan yang tidak cocok ini menimbulkan dampak yang erimbas pada sains dan juga agama. Kontriusi pemikian kristen terhadap kecenderungan ini adalah penciptaan dari ‘ex nihilo’. Yaitu sebuah usaha yang berani untuk memecahkan paradoz dengan mengemukakan dan mengungkap sosok mahluk yang benar-benar seba Maha dan diperlukan yang embawa keberadaan materi atau ahan di alam semesta dengan mempunyai kekuatan Ketuhanan sebagai seuah tidanakan dari pilihan bebasnya. Dengan mendeklarasikan bahwa penciptaan adalah sesuatu yang dibuat diluar sang pencipta, makas sesuatu dengan struktur Tuhan dari skema alternatif tidak dapat tercipta, dimana kuci dari elemen yang ditegaskan disini adalah kehendak menurut kuasa Tuhan.
Dengan teori seperti ini, maka kehendak bebas itu adalah meliputi ketidakterbatasan kehendak yang dapat dilakukan. Sehingga jika Tuhan menghemdaki adanya kebebasan untuk memilih antara alternatuf dunia yang memungkinkan, maka sifat ketidakterbatasan dai dunia yang seenarnya dapat dijelaskan. Tetapi tuntutan terhadap hal yang dapat dimengerti isa dipertahankan dengan menempatkan Tuhan atau melengkapi Tuhan dengan sesuatu yang ersifat rasional, sehingga dapat menjamin seuah pilihan rasional. Hal ini nampaknya merupakan seuah kemajuan.
Sejauh ini dalam bab ini, saya telah melacak konsekuensi dari pendapat yang besifat kosmologis terhadap keberadan Tuhan.
Akan tetapi, sejarah teologi, tanpa adanya usaha untuk membuktikan bahwa tidak adanya keberadaan Tuhan adalah sestau yang secara logis tidak mungkin. Pendapat ini, dikenal dengan pendapat Ontologi dan mempunyai sepeti ini: dimana Tuhan diartikan sebagai sesuatu yang dipikirkan secara luar biasa. Tetapi Tuhan seagai sesuatu yang dipahami luar biasa harus diikuti dengan keberadaanya.
Walaupun argumen ontologi ini berbau busuk terhadap tipu daya logika, tetapi ia mempunyai perbandingan pemikiran yang filosofis. Pada kenyataanya hal ini menjadi pemikiran serius beberapa ahli filsafat selama eeapa tahun, termasuk Betrand Russel. Akan tetapi sebagaian besar ahli teologi arat pada umunya tidak mempertahankan pemikiran ini. salah satu masalahnya adalah terletak dalam pelakukan “kebeadaan’ seolah-olah hal ini merupakan sifat dari sesuatu seperti massa/erat atau pun warna. Keberatan lain terhadap argemen ontologi adalah adanya persyaratan bahwa Tuhan mendukung penjelasan terhadap ala semesta.
Akan tetapi pendapat ontologi hanya dapat gagal untuk embuktikan keberadaan Tuhan jika konsep dari mahluk yang enar-benar penting adlah tidak koheren atau tidak mempunyai hubungan. Jika argumen ontologi didukung dengan argumen atau pendapat-pendapat lain, maka mungkin ini akan berhasil. Lalu apa pendapat kosmoligis? Jika kita menerima kemungkinan dunia, maka penjelasannya adalah keberadaan dari Tuhan yang sangat penting. Kita tidak menempatkan Tuhan dalam hal yang berkesan kuno, tradisional atau adanya celah-celah lain (semisal mengagap matahari adlah Tuhan), melainkan lebih menyederhanakan dan mentyatukan gambaran realitas.
Hukum alam mungkin hanya dapat membawa kita sejauh ini dan tidak lebih, dan kita kemudian dapat mencari sebuah tingkat pemahaman dan pengertian yang lebih tinggi.
Ahli filsafat Richard Swinburne,berpendapat:
“mudah untuk menerima keberadaan sebuah pikiran yang tak terbatas dibandingkan untuk menerima fakta kasar, terhadap keberadaan alam yang menyatu”
Teori lain yang telah meletakan untuk mengeliminasi Tuhan dari diskusi kita adalah disebut dengan teori alam semesta. Menurut teori ini yang sekaang populer dengan beberapa ahli fisika, ada nomor yang tidak terbatas dengan sejulmlah variasi angka yang tak terbatas, sehingga anda dapat mengatahui fenomena alam dengan hukum gravitasi terbalik. Pertanyaan mengapa alam yang khsus ini kemudian menjadi tidak relevan dengan semua alam semesta yang dapt dipahami bagaimanapun akan tetap ada. Akan tetapi untuk mendalilkan seuah alam yang tak terlihat dan tidak dapat diketahui dengan ketakterbatasannya dalah untuk menjelaskan sesuatu yang kita lihat untuk menjadi terlihat. Dan akan lebih elegan dan sederhana untuk mendalilkan Tuhan yang tidak dapat terlihat. Swinburnes menyimpulkan:
“dalil terhadap Tuhan adalah dalil dari sesuatu yang keberadannya ada secara sederhana....dalil terhadap keeradaan yang sebenanya dari dunia dengan angka yang tak teratas, yang terletak diantara semua kemungkinan logis yang menjemukan adlah untuk mendalilkan kerumitan dari peristiwa yang disusun sebelumnya secara kebetulan dari dimensi tak teratas diluar keyakinan rasional kita”
Secara ilmiah, banyak teori alam semesta yang tidak dapat memuaskan karena teori itu tidak pernah bisa disalahkan. Anda dapat menggunakan teori ini untuk menjelaskan segala sesuatu. Sains menjadi tumpang tindih. Keteraturan alam semesta tidak memerlukan penjelasan leih lanjut karena mereka dapat dijelaskan dengan dampak yang terjadi terhdap peristiwa alam tertentu. Kita sekarang akan melihat bebeapa pendapat mengenai alam ini dan selanjutnya saya akan menunjukan mengapa kita gagal untuk memberikan jawaban terhadap ‘pertanyaan mendasar’ kita.
BAB ENAM BELAS
YANG TAK TERBATAS DAN YANG ABADI
“ Dalam akhir sebuah penjelasan rasional bagi dunia dalam kesan sistem yang lengkap dan tertutup bagi kebenaran logika adalah sesuatu yang hampi tidak mungkin. Kita benar-benar uta atau kosong dari pengetahuan yang pasti dan mutlak, dari penjelsan yang pasti, oleh beragai atuan yang memberi alasan bahwa kita melakukan pencarian terhadap segala penjelasa ndalam tempat yang pertama. Jika kita mengharapkan kemajuan diluar ini, maka kita harus menyertakan seuah konsep yang berbeda terhadap pemahaman dari penjelasan rasional, mungkin suatu jalan yang bersifdat mistis adalah cara untuk menhasilkan sebuah peahaman tersebut” .Paul Davies
Dalam teori fisika modern, rasionalitas direfleksikan dalam keberadaan hukum matematika yang tetap dan kreatifitas adalah direfleksikan dalam fakta bahwa hukum ini adalah dalam bentuk statistik yang mendasar. Karakteristik statistika intrinsik dari peristiwa atoik dan ketidakstabilan beberapa sistem fisika terhadap fluktuasi waktu, ternyata menjamin bahwa masa depan itu adlah sangat terbuka dan tidak menentukan keadaan sekarang. Hal ini memuat keungkinan keberadaan bentuk-bentuk dan sistem-sistem baru, sehingga ala dapat diberkahi oleh seuah keeasan untuk mengekplorasi hal-hal baru yang asli.
Sejauh ini, dalam ekskursi atau penyimpangan filosofis, saya secara luas telah memikirkan dan memperhatikan alasan-alasan logis. Referensi kecil telah diuat terhadap fakta-fakta empiris mengenai alam semesta. Dalam pandangan mereka, argumen/pendapat-pendapat ontologi dan kosmologi adalah sesuatu tanda yang sangat baik bagi keberadaan sebuah mahluk yang “dirasakan penting, yaitu Tuhan. Akan tetapi, pendapat ini ketika disatukan dengan argumentasi rancangan penciptaan akan memberikan dan membuat seuah kekuatan yang besar, dan saya percaya akan pendapat akhir dan ukti yang ada akan keberadaan Tuhan.
Manusia hampir selalu diliputi oleh perasaaan akan adanya sebuah keangungan, kemahakuasaan, dan perasaan yang erkecambuk terhadap susunan dan organisasi dunia secara fisik. Susunan dari bagian alam semsta, yang meliputi langit, silih bergantinya musim, bentuk dari kepingan salju, serta munculnya beragam mahluk hidup, binatang dan tanaman menjadi baian yang teradaptasi dala lingkungan manusia-sehingga semua ini nampaknya sudah merupakan hal yang diatuir secara baik sebagai bagian dari ketentuan alam dan atas kehendak yang maha kuasa.
Kemunculan dan kemajuan sains atau ilmu pengetahuan ditujukan untuk mengungkap berbagai fenomena dan keajaiban alamsemesta sehingga sekarang kita telah mendapat berbagai penemuan kekayaan alam mulai dari elemen terkecil semisal atom sampai penemuan galaksi yang terjauh sekalipun. Akan tetapi sains telah juga memberikan alasannya tersendiri terhadap segala fenomena yang ada. Sehingga tidak perlu lagi kita menjelaskan dan memahami fenomena terciptanya bongkahan salju dan rahasia mengenai organise mahluk hidup dengan landasan teologi atau keagamaan. Hukum-huku alam sepeti itu eserta eragai energinya dapat mengorganisasikan diri meeka sendiri ke dalam entuk dan sistem yang komplek yang erada disekitar kita. Walaupun akan muncul klaim bahwa iluwan dapat mengetahui segala sesuatu fenoemana adan oraganisasi alam, nampaknya tidak akan ada alasan yang mendasar mengapa hukuk-huku fisika yang dihasilkan, dan semua sistem fisika tidak dapat secara puas dijelaskan sebagai produk dari proses fisik biasa.
Beberapa orang menyimpulkan bahwa kemunculan sains telah merampok semua misteri alam dan beragai tujuannya, yang menyebabkan ahwa penyusunan penyingkapan dunia secara fisik ini adalah dipandang sebuah kecelakan yang tidak melibatkan pemikian atau seuah konsekuensi yang tak terelakan dari hukum-hukum makanistik yang dipercayai fisikawan Steven Weinberg.
Semakin alam itu terlihat dapat dipahami, maka sebenarnya akan semakin tidak berujung dan tak berpangkal,”
Pernyataan yang paling menyentuh dari ahli biologi Jacques Monod mengungkapkan:
“perjanjian yang kuno adalah: manusia pada akhirnya tahu bahwa dia merasa sendiri dalam tidak merasakan keluasan alam semsta, yang hanya akan muncul elalui kesempatan. Tidak pula dapat dirasakan melalui takdir dan tugas yang telah digariskan”
Akan tetapi tidak semua ilmuwan, menggabarkan kesimpulan yang sama dari fakta-fakta tersebut. Walaupun penerimaan keteratuan alam dapat dijelaskan melalui hukum fisika/alam ersama-sama dengan kondisi awal kosmik, bebeapa iluwan juga mengnal dan mengtahui bebeapa sistem dan struktur ynag kompleks atau rumit dalam alam ini yang tergantung pada keberadaan dan bentuk tertentu dari hukum-hukum dan kondisi awal yang ada. Lebih lanjut lagi, dalam beberapa hal atau kasus, keeradaan kompleksitas alam nampaknya sangat seimbang, sehingga peruahan kecil dalam bentuk hukum akan dapat mencegah meningkatnya keumitan ini. seuah studi yang cukup ehati-hati menyarankan bahwa hukum alam adalah sangat tepat berada pada tempatnya dari eragai kekayaan dan keagaman. Dalam hal organisme mahluk hidup, keberadaanya terlihat tergantung pada sejumlah peristiwa tak terduga yang luar biasa dimana beberapa ilmuwan dan ahli filsafat hanya bisa terkesima.
Ada beberapa aspek yang berbeda terhadap klaim “terlalu baik untuk menjadi benar”. Aspek pertama adalah berkenaan dengan keteratuan alam. Ada jalan akhir dimana alam mungkin akan hancu dan kacau secara total. Hal ini mungkin tidak mempunyai hukum sama sekali, atau hanya campur aduk hukum yang tidak koheren sehingga menyebakan ketidakteraturan dan ketidakstabilan.
Dunia sedara fisik tidak hanya menampilkan keteraturan yang aritrer; tetapi juga tersusun dan bekerja dalam cara yang sangat khusus. Seperti dijelaskan dalam bab 5, alam itu ekerja secara seimbang antara keteraturan dan kopleksitas yang rumit. Dunia ini memang cukup rumit dan kompleks, tetapi kerumitan terseut adalah seuah bentuk keragaman. Bentuk dan pernyataan menegani alam mempunyai ‘kedalaman’ untuk menggunakan istilah teknis. Kedalaman ini tidak terbentuk ke dalam alam sebagaimana aslinya. Tetapi hal ini muncul dari kekacauan yang sangat purba dalam urutan proses pengbentukan dan penorganisasian dirinya yang erkembang secara luar biasa dan cukup meluas dan menyebar di beragai bagian alam.
Pengorganisasian dan pembentukan diri secara berkala ini bedasarkan apa yang diistilahkan dengan rancangan kosmik adalah dinamakan dengan pendapat Taleologika. Sangat mudah untuk membayangkan sebuah dunia dengan keteraturan yang sedemikian rupa walaupun tidak merupakan bentuk dari tekanan kondisi yang muncul agi keberadaan kedalaman yang cukup signifikan.
Ada juga kesan dimana keteraturan dan tatanan dunia secara fisik adalah cukup khusus. Hal ini adalah berkenaan dengan hubungan umum dan kesatuan dari alam, serta fakta bahwa kita dapat bicara dengan penuh makna mengenai ‘alam’ dengan semua konsep yang menyertainya. Dunia terdiri atau berisi objek-objek dan sistem individu, tetapi mereka terstruktur, dan saling berkaitan membentuk sebuah kesatuan dan ketaatan atau kekosistenan secara keseluruhan.
Adanya kesatuan dan keteraturan ini dapat kita lihat dalam proses yang terjadi dalam skala mikroskopik, dengan energi nuklir yang sesuai untuk menghasilkan berbagai efek dengan skala yang leih besar, semisal dalam hal astrofisika. Dengan demikian kita menemukan bahwa gaya atau tekanan gravitasi yang digabungkan dengan termodinamika dan bebeapa zat atau bahan mekanis dari gas hidrogen ternyata dapat menciptakan sejumlah bola gas yang lebih besar. Bola gas ini dinilai cukup besar untuk memacu raksi nuklir, tetapi tidak cukup kuat untuk meruntuhkannya secara tepat ke dalam lubang hitam. Dalam cara yang seperti ini, bintang-bintang stabil lahir dan terbentuk. Banyak dari intang besar mati dalam cara yang spektakuler dengan ledakan yang luar biasa yang dikenal dengan supernova. Bagian dari tekanan ledakan ini berasal dari tindakan salah satu alam dengan partikel subatomik yang rumit yaitu neutrino.
Neutrino hampir secara keseluruhan menghilangkan zat atau bahan-ahan fisik: dimana rata-rata kosik neuntrino dapat menembus beberapa tahun cahaya timah padat.
Sebagai tambahan dari jalinan hubungan dari berbagai aspek alam yang ada, ternyata ada juga kesegaraman alam yang membuat penasaran. Hukum-hukum alam ditemukan di laboratorium dengan menerapkannya secara baik pada atom –atom seuah alaksi yang jauh. Elektron yang dapt menciptakan gambar dalam layar televisi anda mempunyai massa yang sama, gaya magnetik yang juga sama seperti yang ada di ulan atau pada ujung alam yang diteliti.
Lebih lanjut lagi, sifat ini berlangsung dengan peruahan yang ttidak dapat diteksi dari waktu ke waktu berikutnya. Sebagai contoh medan magnetik elektron dapat diukur dengan ketepatan sepuluh hitungan, bahkan untuk ketepatan yang luar biasa, tidak ada variasi zat atau bahan yang telah ditemukan. Ada juga bukti baik yang menggambarkan bahwa zat atau bahan-bahan dasar tidak mempunyai ragam yang begitu banyak, bahkan terhadap usia alam itu sendiri.
Sebagaimana baiknya keseragaman ‘Hukum Alam’, terdapat pula keseragaman dalam pengaturan dan pengorganisasian alam semesta. Dalam skala yang besar energi didistriusikan secara merata, dan alam nampak mengalami perluasan pada saat yang sama dimana saja dan dalm segala arah. Hal ini berarti bahwa sesuatu yang asing di galaksi yang lain akan melihat penyususnan skala besar yang sama dari sesuatu yang kita lakukan. Kita juga membagi kosmograpi dan sejarah kosik utama dengan galaksi lain.
Para ahli kosmologis telah erusaha untuk menjelaskan keseragaman ini menggunakan apa yang diseut dengan skenario pemompaan atau inflasi alam, yang melibatkan seuah loncatan yang tiba-tiba dalam ukuran alam segera setelah kelahirannya. Hal ini mempunyai dampak penghalusan dari beragai ketidakteraturan awal. Tetapi, penting untuk menyadari bahwa poenjelasan terhadap keseragaman dalam terminologi sebuah mekanisme fisika tidak dapat mengurangi kekhususannya bagi kita untuk dapat bertanya mengapa hukum alam sepeti itu mengizinkan mekanisme terseut dapat bekerja. Inti dari maslah ini adalah ukan dalam cara dimana hal ini menjadi sesuatu yang sangat khusus, tetapi lebih pada dunia yang begitu terstruktur dan sudah demikian adanya.
Akhirnya kita sampai juga pada kesederhanaan hukum yang kita diskusikan. Melalui hal ini saya ermaksud bahwa hukum-hukum dapat diekpresikan dalam istilah fungsi matematik yang sederhana. Lagi-lagi kita dapat membayangkan dunia dimana terdapat ketertaturan tetapi jauh dari sesuatu yang sanagt memingungkan atau kompleks yang membutuhkan kombinasi faktor-faktor matematik yang berbeda. Saya percaya bahwa kefektian yang tidak masuk akal dari matematik ini menggamarkan dunia sebagai sebuah indikasi keteraturan alam dalam cara khusus yang cukup singkat.
Saya telah mencoba untuk membuat bahwa kebeeradaan alam yang begitu teratur, stabil, terogranisir, dengan struktur yang kompleks atau ruit memerlukan hukum-hukum dan kondisi yang sangat khusus. Semua bukti menyarankan bahwa hal ini tidak hanya terjadi pada alam masa lalu, tetapi lebih juga ditujukan terhadap kerberadaan berbagai isi alam semesta tertentu yang menarik dan begitu penting (misalnya bintang stabil )
Situasi akan hal ini semakin menggugah rasa penasaran pada saat kita memperhatikan keberadaan organisme mahluk hidup. Fakta bahwa sistem iologis mempunyai persyaratan yang sangat khusus, dan persyaratan ini adalah mempertmeukannya dengan alam dan telah dikomentari setidaknya sejak abad ketujuh belas. Akan tetapi pada abad keduapuluh dengan pengemangan dan kemajuan biokimia, genetika, dan bilogi molekular, maka gambaran dan pernitungan terhadap oraganisme mahluk hidup ini muncul. Sudah ada semenjak tahun 1913, tokoh terkemuka ahli biokimia Harvard menulis”
“sifat dari alam danevolusi kosmik yang sekarang terlihat adalah eat sekali kaitannya dengan struktur mahkuk hidup dan segala macam aktifitasnya; para ahli biologi sekarang mungkin sekarang akan memandang alam seagai agian yang penting dalam biocentris”
Henderson telah membawa kita pada pandangan yang mengejutkan ini, dan dalam berbagai macam hasil kerjanya dalam peraturan mengenai kadar keasaman dan alkali dalam organisme mahluk hidup. Dia juga secara mengesankan telah menunjukan agaoimana air, yang mempunyai ahan anomali adalah tergaing kedalam kehidupan yang diutuhkan pada tingkat mendasar. Dengan adanya beragai zat yang sudah tersedia dan sudar diatur kdarnya maka kehidupan mahluk menjadi isa memungkinkan. Hendeson memandangnya sebagai “kesesuaian lingkungan” bagi kehidupan yang dengan egitu saja tercipta dan agaimana bisa hukum mampu menjelaskan kesesuaian ini.
Pada tahun 1960an seorang stronot Fred Hoyle mencatat bahwa elemen karbon, yang merupakan zat kimia yang khas, membuat zat terseut seagai hal penting bagi kehidupan bumi, yang tersusun dari helium yang terdapat di dalam intang besar. Zat ini dilepaskan melalui bentuk ledakan supernova.
Sambil menyelidiki reaksi nuklir yang membawa pada pembentukan atom dalam inti spektrum bintang, Hoyle dibuntukan oleh fakta bahwa kunci dari reaksi hanya terjadi karena sebuah kebetulan atau keberuntungan. Nuclei karbon diuat melalui proses rumit yang melibatkan kesimultanan yang terjadai pda tiga nuclei helium dengan kecepatan tinggi yang kemudian melekat bersama-sama. karena jarangnya terjadinucleus rangkap tiga, maka reaksi yang dapat berlangsung pada kecepatan yang isgnifikan adalah hanya jika dalam kondisi energi tetentu saj (distilahkan dengan resonansi), dimana kecepatan reaksi diperkuat oleh efek-efek kuantum. Dengan keberuntungan, salah satu resonansi ini ditempatkan dengan aik dan sedemikian rupa untuk mengumpulkan beragai energi yang dimilki nuclida helium di dalam bintang besar.
Dengan rasa penasaran, Hoyle tidak mengetahui hal ini pada saat itu, tetapi dia memperkirakan, tahap berikutnya harus menjadi dasar bahwa karbon adalah sejumlah elemen yang banyak terdapat di alam. Eksperimen atau percobaan berikutnya membuktikan bahwa dia benar. Sebuah studi yang rinci juga mengungkap ‘ketidaksengajaan lain’ akan fenomena karbon yang tidak akan dihasilkan dan dipetahankan di dalam intang. Hoyle merasa terkesan dengan beragai rangkaian peristiwa ketidaksengajaan yang luar bisa ini’ hal ini mendorong dia berpendapat
Hukum-hukum mengenai fisika nuklir telah benar-benar diancang sedemikian rupa dengan berdasar pada konsekuensi atau akibat yang dihasilkan di dalam bintang”
Kemudian lebih lanjut dia menguraikan atau menjelaskan pandangan terhadap alam semesta, seperti meletakan pekerjaan seolah olah seseoang telah mengejek dan mencemooh hukum-hukum fisika.
Contoh-contoh ini hanya ditujukan hanya sebagai seuah sampel. Berbagai daftar tambahan mengenai “peristiwa kecelakaaan dan ketidak sengajaan beruntung lainnya telah ditemukan oleh para astrofisika seperti Brandon Carter, Bernard Carr, dan Martin Rees.
Secara bersama-sama meeka memberikan bukti yang mengesankan bahwa kehidupan seperti yang kita ketahui ternyata sangat sensitif tergantung pada bentuk ‘Hukum-hukum Alam’ dan beberapa peristiwa lainnya telah mempelihatkan berbagai nilai yang cukup berharga terhadap materi dan fenomena alam yang terdiri dari beragam partikel dengan massanya, kekuatan dan eagai gaya yang ada, dan lain-lain. Karena contohnya telah kita temukan dalam hampir setiap bagian yang kita diskusikan, maka saya tidak akan menyatukan contoh-contoh ini. Jika kita bisa memilih beragai nilai dari fenoemana dan isi alam semesta ini, maka kita akan menemukan berbagai pegangan dan pedoman untuk mengatur dan menajaga alam semsta ini. dalam buku peristiwa kosmik yang tidak disengaja, John Gribin dan Rees menyimpulkan:
“kondisi di alam kita ini benar-benar terlihat sebagai sesuatu yang sangat unik dan sangat cocok dengan bentuk kehidupan yang kita miliki”
Hal ini merupakan kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi ahwa kita hanya dapat meneliti dan mengkasji alam ini yang sesuai dan bertalian dengan keberadaan kita. Sepeti yang telah saya sebutkan, hubungan antara penelitian yang dilakuakan manusia dengan hukum-hukum serta berbagai kondisi alam telah dapat menjadi sesuatu yang diketahui, yang bagaimanapun, sayangnya hal ini merupakan prinsip Antrophic. Dalam entuk yang sederhana prinsip antropik tidak memasukan keberadaan kita yang bagaimanapun mendorong hukum-hukum fisika untuk mempunyai bentuk tersendiri dan menyimpulkan bahwa hukum-hukum ini dirancang dengan pemikiran manusia. Disi lain, fakta ahwa peruahan terhadap segala sesuatu dai ala yang tidak dapat diteliti adalah jelas-jelas fakta yang penting.
Apakah alam ini telah dirancang atau diciptakan oleh seorang pencipta yang cerdas/pintar?
Para ahli filsafat yunani kuno mengenal bahwa tatanan dan ketertaturan serta keharmonisan kosmos menuntut adanya penjelasan, tetapi ide dai keberadaan isi alam ini berasal dari sebuah pencipta yang bekerja untuk menciptakan seuah rencana yang baik dan dapat dirumuskan dalam zaman Kriten.
Pada abad tiga belas, Aquinas menawarkan pandangan terhadap tindakan dan sifat benda yang dilakukan secara alami seolah-olah dibimbing melalui sebuah tujuan yang pasti sehingga akan mendapatkan hasil yang baik. Penyesuaian dari hal ini adalah sebuah tujuan, kata Aquinas. Tetapi, melihat benda alami yang kurang kesadaran, maka mereka tidak dapat mendukung maksud dari mereka sendiri
“oleh karena itu beberapa mahluk pintar atau cerdas akan dirasakan keberadaannya melalui apa yang semua sifat alaminya adalah ditujukan pada bagian akhir; dan mahluk ini adalah apa yang kita sebut Tuhan”
Pendapat Aquinas kemudian runtuh pada abad ke tujuh belas karena adanya perkemangan sains ilmu pengetahuan mekanika. Issac Newton menjelaskan mosi atau dalil terhadap sifat materi secara sempurna dan cukup dalam istilah atau hukum kelembabaman dan gaya tanpa adanya keutuhan dari pengawasan yang Mahakuasa. Penemuan yang ersidat mekanika ini tidakhanya cukup diperhitungkan dunia tetapi juga mendapat tempat dalam maslah teologi. Penjelasan menganai perilaku ojek/benda dilihat dalam penyebab-penyebab fisik. Akan tetapi peruahan pendangan dunia ini tidak lantas secara seluruhnya meletakan ide ahwa dunia harus dirancang untuk seuah tujuan. Newton sendiri, seperti yang telah kita lihat, percaya akan sistem surya atau matahari sebagai suatu ekanisme yang begitu sangat terencana dan terjadi ukanlah hanya dalam mekanisme gaya:
“sistem yang paling indah dai matahari, planet, dan komet, hanya dapat terjadi dan diatur melalui kuasa dan kehendak dari seoang mahluk yang sangat cerdas dan kuat atau berkuasa.”
Dengan demikian, wlaupun bahkan dengan sebuah pandangan makanistik sekalipun, seseorang tetap saja masih diingungkan dengan teka teki terhadap sesuatu benda atau fenomena yang ada di alam semesta. Untuk beberapa ilmuwan terlalu banyak untuk mengharapkan bahwa organisasi yang harmonis dan pelik, dari alam ini adalah hanya hasil dari kesempatan.
Teologiawan William Paley berpendapat:
‘Andaikan anda melintasi bumi dan mengamati apa yang terletak didasarnya. Aka dala pengawasan nda , anda akan menagamati penyusunan seluk bleuk dari setiap bagiannya dan mengetahui agaimana meeka tersusun besama dalam cara bekerja sama untuk mencapai sebuah akhir yang bersmaa-sama pula. Bahkan jikaanda tidak perbah melihat dan tidak mempuyai pemikiran terhadap fungsi dari semua ini, maka akan tetap masih diarahkan untuk menyimpulkan penelusuran anda ahwa semua rancangan ini adlah diciptakan untuk tujuan tertentu
Paley kemudian berpendapat bahwa, pada saat kita eikirkan dan memperhatikan beragai penemuan fenomena alam yang ditelusuri lebih lanjut, maka kita seharusnya mencapai atau menuju pada kesimpulan yang sama bahkan cenderung leibh menekan.
Akan tetapi Hume erpendapat bahwa argumentasi ini adlaah lemah, karena hal ini medahului analogi, penglihatan mempunyai seuah perancang, sehingga alam semesta pasti empunyai seorang perancang atau pencipta. Tidak ada argumen analogis secara jelas dapat menunjuukan bukti yang pasti. Cara terbaik yang dapat dilakukan adalah menawarkan dukungan yang kuat terhadap seuah teori. Derajat atau kadar dari dukungan itu tergantung pada kepersuasifan analogi tersebut
Akan tetapi seperti yang diungkapkan John Leslie, ada beberapa ilmuwan dan ahli filsafat yang bahkan asih ragu dengan stempel CIPTAAN TUHAN dan meragukan keberadaannya.
Individu seperti Darwin, Hume dan Richard Dawkins telah memainkan peranan yang cukup penting dalam menggali pendapat bersama yang dinilai cukup dalam menaggapi keberadaan Tuhan dan fenomena alam, tetapi teorinya dirasakan tidak lengkap dan ditinggalkan oleh para ahli teologi arat. Oleh karenanya ada semacam rasa penasaran untuk melihat agaimana kebangkitan pada masa sekarang ini yang dihasilkan paa iluwan ukan oleh para ahli teologi. Dalam bentuk argumentasi arunya hal ini diarahkan tidak pada objek materi alam, tetapi leih pada hukum yang melekat dan kebal terhadap serangan teori Darwin
Untuk melihat bagaimana hal ini terjadi, mari kita kembali melihat secara singkat karakter yang penting dalam evolusi Darwin. Inti dari teori darwin memerlukan keberadaan sebuah atribut atau koleksi dari individu-individu yang sama, dengan pemilihan tindakan yang dilakukan.
Sejauh ini saya harap diskusi yang telah kita alakukan akan meyakinkan anda bahwa ala ini tidak hanya dalam uatan yang orisinil dengan berbagai isinya, tetapi juga merupakan sebuah sistem yang bersatu dan mengagumkan serta sungguh luar biasa
Memikirkan dan memperhatikan pemahaman asal usul alam semesta sebagai susunan teka teki, dengan berbagai bagian yang ternyata terletak dalam Hukum-hukum Alam. Setiap hukum atau ketentuan tengah coba ditemukan diungkap dengan beragai teori ilmiah dan sains dalam upaya mengetahui bagaimana alam ini ekerja. Kita harus menerima hukum-hukum ini seagai fakta-fakta yang ksar dan mengagumkan dan erupaya mencari penjelasan yang lebih dalam lagi dengan tidak menutup beagai kemungkinan.
Saya ingin menyimpulkan dan meringkas pada bagaian akhir ini penjelsan yang leih mendalam bahwa Tuhan telah meancang Alam dengan kemampuan dan rahasia yang biasa, sehingga sains, antrofisika, mekanika kuantum, teori keruntuhan, dan juga biologi tidak dapat mampu menutupi bagian dari rancangan ciptaan terseut. Adanya perbaikan dan penyesuaian terhadap Hukum Alam dan beragai konsi awal dari alam ini benar-enar peinting bagi keberadaan dan kesadaran akan kehidupan dan mempunyai dampak yang jelas bahwa Tuhan telah meancang dan menciptakan alam semesta ini agar kehidupan bisa berjalan dan eragai kedasaran akan tumuh akan kebesarannya. Hal ini berarti bahwa keberadaan kita di alam ini dibentuk sebagai bagian dari inti rencana Tuhan
Berbagai pendapat mulai dari pendapat Kosmologis, Ontologis, gabungan rancangan dengan beragai refeensi Hukum Tuhan dan penelusuran Konsdisi awal ala ini dengan disertai adanya pendapat teologis akan seakain memberikan bukti pasti akan keberadaanSang pencipta, Tuhan yang Maha kuasa
_ Pendapat atau argumen bersifat kosmologis menyatakan bahwa alam semesta adalah dibatasi atau merupakan kesatuan dan oleh karena itu keberadaannya tergantung pada sesuatu di luar diri/bagiannya. Kita telah membuktikan bahwa hal ini berpusat pada sesuatu berupa mahluk yang dianggap sangat penting, disa memenuhi keutuhannya sendiri, dan tidak terbatas dalam atriut yang melekat pada dirinya. Kita juga menyimpulkan bahwa tidak ungkin bagi kita seagai mahluk yang terbats untuk bisa memahami secara penuh masalah ketidakterbatasan yang mengacu pada paradox.
_ Pendapat ontologis menyatakan bahwa Tuhan harus benar-benar ada atau nyata dan keberadaanya adalah sebagai konsekuensi kebutuhan logis, karena Tuhan adalah mahluk yang dapat dipirkan. Sesuatu yang benar-benar jelas keberadaannya adalah jelas lebih hebat ketimbang hanya sekedar ide tentang sesuatu saja. Misalnya sesuatu yang nyata seperti pesawat antaraiksa Apollo 13, akan leih hebat dan diakui ketimbang hanya pessawat antaraiksa dalam film Strartrek. Oleh karena itu, Tuhan yang enar-benar nyata keberadaannya akan leih hebat dan diakui ketibang hanta Tuhan dalam pikiran dan imaginasi kita saja. Akan tetapi pendap[at ontologis dapat hanya gagal untuk membuktikan keberadaan Tuhan jika konsep dari mahluk yang enar-enar penting ternyata tidak koheren. Tetapi karena kita mempunyai bukti terhadap keutuhan logis akan keberadaan mahluk tersebut dengan gamaran argumentasi kosologis, maka hal ini memberikan pendapat yang sangat kuat bagi keberadaan Tuhan.
_ Pendapat gabungan (yang ditinggalkan oleh sebagaian besar para ahli Teologi Kristen, semenjak zamannnya Darwin dan Hume) juga menghasilkan bukti menentukan yang kuat terhadap keberadaan Tuhan, pada saat prinsip ini diaaplikasikan pada Hukum Alam sendiri dan pada kondisi awal dari alam ini. disini, proses evolusi Darwin gagal untuk menjelaskan keanehan tidak masuk akal yang tidak dapat diatasi, sehingga memerlukan penyelesaian untuk mendapatkan keterangan mengenai alam seperti yang kita teliti sekarang ini melalui sebuah judul yang saya luncurkan Rational Universe, Irrational Odds
_ Dan terakhir adalah pendapat teologis yang menyatakan bahwa alam semesta beserta seluruh isinya adalah berdasarkan pada sebuah peencanaan yang pasti dan atau merupakan cetak biru/rancangan kosmik. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa alam mempunyai kecenderungan yang pasti untuk mengatur dan mengelola dirinya. Bahkan adanya maslah kekacauan dan kerusakan dalam alam yang kita teliti sekarang adalah merupakan sebuah struktur dan tatanan atau keteratuan yang pasti, walaupun memang ada kecenderungan kerusakan tersebut terjadi tidak alami dan disebabkan oleh hal lain. Hanya mahluk yang sera ahalah yang mampu mengatur alam ini menurut ketentuannya melalui cetakbiru kosik. Cetakiru/rancangan kosmik Tuhan
Saya percaya bahwa anda para pembaca sudah mempunyai cukup banyak bukti untuk menentukan jawaban terhadap petanyaan mendasar dari Apakah Tuhan itu Ada? Dan pertanyaan bagaimana asal usul alam semesta ini? untuk menjawabnya saya telah menampilkan dan memberikan ukti dengan dengan beragai pandangan yang saling berkaitan, tetapi dalam hal ini mungkin tidak menutup terjadinya kesalahan yang ada pada saya dalam menampoilkan buksti yang ada. Saya berharap anda dapat menemukan kesimpulan yang tepat. Saya yakin bahwa bukti ini adalah cukup meyakinkan dan tak terbantahkan dala membuktikan keberadaaan Tuhan. Pada akhirnya keputusan anda di tangan anda sendiri.
Dalam buku berikutnya saya akan memperlihatkan secara lebih rinci bagaimana keyakinan akan Tuhan dengan cara yang lain dan mungkin meninggalkan sains ilmu pengetahuan atau meawa pada seuah pemahaman akan “Tuhan dala celah atau peedaan” sebagai dua hal yang sangat serasi dan harmonis. Secara khusus Tuhan dalam Islam sepeti yang tertera dalam Kita suci Al Quran akan menciptakan seuah pemahaman yang menghilangkan kontradiksi dan ketidaksesuaian yang ditemukan dalam teologi Kristen, yang memahas antara kebeadaan Tuhan dan ilu pengetahuan. Tetapi leih penting lagi kontradiksi yang ada juga disertai dengan pemahaman akan sifat-sifat Tuhan dan konsep antara Tuhan dan Setan yang secara tradisional berada diluar wilayah sains, yang menyebakan banyak ahli teologi Kristen dan Yahudi saling berdebat dalam masalah ateisme.
Saturday, June 2, 2007
PEMBAKARAN DALAM SEBUAH PERSAMAAN
Posted by Harist al Jawi at 6:37 PM
Labels: Artikel Pemikiran
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment