Friday, May 18, 2007

KHILAFAH ADALAH MASALAH UTAMA KITA



“Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku berhenti dari perkara ini, niscaya aku tidak akan berhenti hingga Allah memenangkan perkara ini atau aku mati karenanya.”

Masalah Utama adalah Perkara Hidup dan Mati

Adanya naluri mempertahankan diri membuat setiap bangsa atau orang di dunia ini memiliki masalah utamanya masing-masing. Masalah utama itu adalah masalah yang membuat bangsa atau orang tersebut rela memperjuangkannya dengan penuh semangat, tanpa keraguan, alasan, ataupun perdebatan. Masalah itu bisa jadi terkait dengan masalah hidup atau mati, atau terkait dengan kemusnahan sekelompok orang atau perlindungan dari sesuatu yang mengancam kelangsungan hidup mereka. Masalah tersebut memiliki standar yang khas dan hampir identik bagi semua orang. Demikian pula langkah-langkah yang diambil untuk mengatasinya mirip atau sama bagi semua orang, karena masalah tersebut senantiasa terkait dengan ancaman terhadap kelangsungan hidup seseorang. Karena itu, standarnya sama dan masalahnya juga sama.
Akan tetapi, tidak setiap masalah yang berkaitan dengan naluri mempertahankan diri adalah masalah yang utama. Sebaliknya, masalah yang utama tidak melulu masalah yang berkenaan dengan naluri mempertahankan diri. Ada masalah utama tertentu yang berhubungan dengan naluri beragama (gharizah at-tadayyun) atau dengan naluri berkasih sayang (gharizah an-nau’). Meskipun demikian, adanya perbedaan dalam penentuan mana masalah yang utama dan mana yang tidak utama merupakan konsekuensi logis dari adanya perbedaan dalam paradigma kehidupan. Perbedaan paradigma itulah yang menyebabkan perbedaan dalam penentuan masalah utama dan standarnya. Oleh karena itu, munculnya perbedaan di kalangan orang dan bangsa-bangsa dalam memandang masalah utama adalah perkara yang wajar, mengingat adanya paradigma kehidupan yang berbeda tadi.
Kaum muslim adalah umat yang satu dan mereka memiliki banyak masalah utama. Masalah utama bagi suatu umat, baik itu yang berkaitan dengan naluri mempertahankan diri, naluri beragama, atau naluri berkasih sayang, harus sesuai dengan paradigma kehidupannya. Paradigma kehidupan kaum muslim ditentukan oleh Islam. Maka dari itu, Islamlah yang menentukan mana yang menjadi masalah utama umat sekaligus yang menjadi standarnya.
Islam menjelaskan bahwa masalah utama serta standar hidup dan mati dalam menyelesaikan masalah tersebut adalah sebuah kewajiban. Sehubungan dengan itu, kaum muslim tidak memiliki pilihan dalam menentukan masalah utamanya. Apa yang oleh Islam dianggap sebagai masalah utama, maka harus diterima sebagai masalah utama oleh kaum muslim. Demikian pula mereka tidak memiliki pilihan untuk menentukan standar dalam menghadapi masalah itu, karena ketika Islam menentukan bahwa suatu masalah adalah masalah utama, Islam juga telah menetapkan standar yang harus dijadikan ukurannya. Adanya ancaman terhadap Islam dan ancaman terhadap eksistensi kaum muslim dalam kapasitas mereka selaku muslim, adalah hal yang lumrah. Setiap gerakan yang ada dalam kehidupan ini berpotensi mendapat ancaman terhadap eksistensinya, khususnya gerakan yang berupaya memperbaiki keadaan, dan lebih khusus lagi gerakan yang lantang.
Kedatangan Islam menjadi awal dari pertarungan abadi nan sengit antara Islam dan kekufuran. Pertarungan itu menyangkut masa depan Islam dan kekufuran itu sendiri. Pertumpahan darah yang menyertai pertarungan pemikiran sejak berdirinya Negara Islam di Madinah merupakan risiko dari upaya menjaga masalah utama umat Islam. Dengan demikian, keberadaan masalah utama tersebut bagi kaum muslim adalah hal yang aksiomatis dan tak dapat dihindari, begitu pula dengan keharusan untuk menganggapnya sebagai masalah hidup dan mati. Dalam konteks inilah, jihad menjadi salah satu kewajiban yang paling penting, sebagaimana sabda Nabi saw., “Pokok masalah adalah Islam, pilarnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.” Itu pula sebabnya jihad akan terus dilakukan hingga Kiamat tiba, sebagaimana sabda beliau saw., “Jihad akan terus berlangsung sejak Allah mengutusku hinggga generasi terakhir dari umatku memerangi Dajjal. Jihad tidak akan berhenti karena kelaliman penguasa yang lalim ataupun karena keadilan penguasa yang adil.” Rasulullah saw. juga bersabda, “Jihad akan tetap ada bersama penguasa yang alim ataupun yang zalim.” Dengan begitu, kaum muslim senantiasa maju terus pantang mundur dalam memperjuangkan masalah utamanya. Mereka tidak pernah ragu menjadikan masalah itu sebagai masalah hidup dan mati.
Karena itulah, manakala masa depan mereka sebagai umat yang satu dan kesatuan Negara mereka terancam oleh Perang Salib, mereka menghadapi masalah itu sebagai perkara hidup dan mati. Demikian pula mereka rela terlibat dalam Perang Salib yang berlangsung lebih dari satu abad lamanya. Umat Islam akhirnya mampu mengatasi serangan yang mengancam mereka. Kaum muslim juga melakukan hal yang sama di kala kaum Mongol menginvasi negeri-negeri Islam. Umat Islam saat itu menganggap invasi tersebut sebagai masalah yang mengancam eksistensinya sehingga umat menganggapnya perkara hidup dan mati, dan mereka pun rela mengorbankan nyawa tanpa mencari keuntungan duniawi demi memerangi kaum Mongol sampai akhirnya kemenangan datang menghampiri.
Begitulah, kaum muslim sudah terbiasa memandang masalah utama dan mengambil standar yang baku untuk menghadapinya, yaitu sebagai perkara hidup dan mati. Hal ini bisa terjadi karena apa yang Islam tetapkan sebagai masalah utama memang diakui sebagaimana apa adanya oleh kaum muslim sehingga mereka memegangnya erat-erat, dan mereka sadar bahaya yang akan terjadi jika mengabaikannya. Dengan demikian, mereka tidak dapat membayangkan adanya situasi yang mengancam eksistensi mereka tanpa mengambil standar yang telah diwajibkan Islam, yaitu memandangnya sebagai perkara hidup dan mati.
Umat Islam ataupun Negara Islam di masa silam tidak pernah lalai dan tak acuh terhadap masalah utama mereka, ataupun dalam memandangnya sebagai perkara hidup dan mati. Mereka tidak pernah melalaikan semua itu. Akan tetapi, tatkala mulai terjadi penyimpangan dalam pemahaman keislaman pada diri umat dan ketika jiwa kaum muslim melemah dalam menghadapi kekufuran yang semakin nyata, masalah utama itu tidak lagi dianggap utama dan tidak lagi dipandang sebagai perkara hidup dan mati. Dengan sendirinya, ancaman terhadap eksistensi kaum muslim semakin besar dan kaum muslim enggan mengorbankan jiwa dan raga untuk menghalau ancaman itu. Akibatnya, Khilafah runtuh, sistem Islam sirna, dan eksistensi seluruh umat Islam terancam musnah.
Walhasil, kaum muslim harus memahami masalah utamanya dari sudut pandang Islam sebagaimana ditetapkan oleh al-Quran dan Sunnah. Selain itu, kaum muslim wajib mengambil standar dalam menghadapi masalah itu sebagaimana yang telah digariskan oleh al-Quran dan Sunnah Nabi saw. Hanya dengan itulah, akan muncul kesadaran terhadap masalah utama dan standar yang harus dijadikan ukurannya sehingga tidak akan muncul sikap tidak peduli terhadapnya.

No comments: