Monday, May 21, 2007

MAKNA HIKMAH

Kata hikmah berasal dari kata bahasa Arab hakama, yang berarti memerintah atau membuat suatu penilaian. Dalam al-Quran, kata hikmah muncul sebanyak dua puluh kali. Ia muncul dengan pelbagai makna, bergantung pada konteksnya. Hikmah bisa bermakna kenabian, al-Quran, Sunnah, pengetahuan tentang realitas faktual, dan pengetahuan mendalam, yang diikuti perbuatan berdasarkan pengetahuan itu.
Berikut adalah sebagian ayat yang mengandung kata hikmah.
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Quran) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS al-Baqarah [2]: 129)
Dalam ayat ini, hikmah berarti menjelaskan secara terperinci wahyu dan penjelasannya yang diberikan oleh Rasulullah saw. melalui Sunnah.
Allah menganugerahkan al-Hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. (QS al-Baqarah [2]: 269)
Dalam ayat ini, hikmah bermakna pengetahuan dan pemahaman tentang al-Quran dan Sunnah; dan pengetahuan yang membuat seseorang dapat berbicara dan berbuat secara benar dan tepat.
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS Ali ’Imran [3]: 164)
Pada ayat ini hikmah bermakna Sunnah. Mengajarkan al-Kitab (al-Quran) kepada mereka berarti menjelaskan al-Quran kepada mereka dan setiap penjelasan terhadap al-Quran yang diberikan oleh Nabi saw. adalah Sunnah.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS an-Nahl [33]: 125)
Pada ayat ini, hikmah berarti ucapan yang baik dan konsisten. Juga berarti bukti yang nyata yang menimbulkan kepastian. Selain itu, hikmah berarti mendiskusikan masalah dengan disertai burhan (bukti faktual) dan dalil (bukti dari teks al-Quran dan Sunnah) untuk mendukung dan membenarkan ucapan itu.
Dari ayat-ayat di atas, dan ayat-ayat lain yang sejenis, terlihat bahwa hikmah memiliki banyak makna (polisemi). Namun, coba perhatikan bahwa setiap makna hikmah itu senantiasa terkait erat dengan al-Quran dan Sunnah. Dari makna-makna hikmah di atas, hikmah tidak akan membiarkan seseorang mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan nash (al-Quran dan Sunnah), meskipun dia seorang ulama.
Jelas sekali berhikmah tidak berarti boleh memanipulasi nash sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan dengan tidak mempertimbangkan syariat, atau justru malah melanggar syariat. Misalnya, hikmah sering digunakan dalam masalah-masalah semacam meminta bantuan militer dan bantuan dana dari PBB atau AS dalam kasus Bosnia dan Kashmir; dalam masalah keterlibatan dalam proses politik di dalam sistem kufur; implementasi Islam secara gradual di dunia Islam; dan lain-lain. Dalil-dalil dari al-Quran dan Sunnah jelas-jelas melarang setiap contoh di atas. Dalam contoh yang disebutkan tadi itu, penggunaan hikmah yang tepat justru adalah dengan menyebutkan dalil-dalil yang menentang perbuatan-perbuatan tersebut, yang dikemukakan oleh mereka yang mengklaim menggunakan hikmah dalam semangat kebebasan, yang tidak melibatkan pertimbangan syariat.
Kesimpulannya, hikmah sangat terkait erat dengan menggunakan nash al-Quran dan Sunnah secara tepat. Berhikmah berarti menggunakan dalil yang tepat untuk masalah yang sesuai dan menggunakan kesempatan yang tepat untuk mendiskusikan masalah itu.

No comments: